Kamis, 30 Oktober 2014

The Scream


The Scream, 1893
Jeritan (bahasa Norwegia: Skrik, 1893; "The Scream") adalah sebuah lukisan ekspresionis oleh seniman Norwegia Edward Munch yang menjadi sumber inspirasi bagi banyak pelukis lainnya dalam aliran ini. Lukisan ini dianggap oleh banyak orang sebagai karyanya yang paling penting. Sebagian lagi mengatakan lukisan ini melambangkan manusia modern yang tercekam oleh serangan angst (kecemasan eksistensial, dengan cakrawala yang diilhami oloeh senja yang merah, yang dilihat setelah letusan Gunung Krakatau pada 1883. Landscape atau pemandangan di belakang adalah Oslofjord, yang dilihat dari bukit Ekeberg. Kata skrik dalam bahasa Norwegia biasanya diterjemahkan menjadi "scream" (jeritan), namun kata ini juga mempunyai akar kata yang sama dengan kata bahasa Inggris shriek. Kadang-kadang lukisan ini disebut juga The Cry ("Tangisan").
Ada sebuah tempera di atas versi karton (berukuran 83,5 x 66 cm) yang sebelumnya terdapat di Museum Munch, Oslo, Norwegia, dan sebuah lukisan minyak, tempera, dan pastel di atas karton (ukuran 91 x 73,5 cm) di Galeri Nasional (tampak di sebelah kanan), juga di Oslo. Versi ketiga juga dimiliki oleh Museum Munch, dan yang keempat dimiliki oleh Petter Olsen. Munch belakangan juga menerjemahkan gambar ini ke dalam bentuk litograf, sehingga gambarya dapat direproduksi dalam berbagai tulisan tinjauan di seluruh dunia. Sejak 1994, dua versi terpisah dari Jeritan ini dicuri oleh pencuri-pencuri karya seni, tapi akhirnya keduanya telah ditemukan kembali. Pada tanggal 2 Mei 2012, lukisan The Scream terjual sebesar US$ 119.922.500 atau setara dengan Rp 1,079 triliun dalam pelelangan di rumah lelang Sotheby's, New York.

Judul asli dalam bahasa Jerman yang diberikan kepada lukisan karya Munch ini adalah Der Schrei der Natur (Jeritan alam).
Dalam sebuah catatan dalam buku hariannya, Munch menggambarkan ilhamnya untuk citra ini demikian:
"Saya sedang berjalan di sebuah jalan kecil dengan dua orang teman – matahari sedang tenggelam – mendadak langit berubah menjadi merah darah – Saya berhenti, merasa lelah, dan bersandar di pagar – di atas fjord dan kota yang biru kehitaman tampak darah dan lidah-lidah api – teman-teman berjalan terus, dan saya berdiri di sana gemetar dan diliputi rasa cemas – dan saya merasakan jeritan yang tidak henti-hentinya melintas di alam".
Sabrina Laurent (Mei 2005) menyimpulkan dari deskripsi Munch tentang ilhamnya bahwa orang di latar depan itu adalah si pelukis sendiri yang "sebetulnya tidak menjerit tetapi sekadar bereaksi dengan ngeri ketika mendengar jeritan Alam. Dengan menutupi kedua telinganya dengan tangannya, Munch berusaha keras untuk tidak mendengar jeritan ini, sehingga menempatkannya dalam keadaan seolah-olah sedang mengalami serangan panik." Posisi di mana ia melukiskan dirinya sendiri adalah reaksi refleks yang khas dari siapapun yang berjuang untuk menghindari suara yang menekan, entah suara yang sungguhan atau yang dibayang-bayangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar