Penembakan di kantor Majalah Charlie Hebdo |
Penembakan brutal terjadi pada Rabu
(7/1/2014) waktu setempat di kantor majalah mingguan “Charlie Hebdo” di
Paris, Perancis, yang menewaskan 12 orang. Terdiri atas para wartawan
dan karyawan majalah Charlie Hebdo serta dua polisi setempat. Pemimpin
redaksi majalah satir (majalah sindiran) tersebut bersama empat kartunis
ternama Prancis ditembak mati pelaku di dalam kantor majalah tersebut.
Belum diketahui motif penyerangan ini.
Namun, Majalah “Charlie Hebdo” memang sering menuai kritik dan kecaman
karena konten satire (sindiran) yang terkadang menyudutkan suatu agama.
Bukan kali ini saja kantor yang terletak di pinggiran Paris itu
diserang, pada November 2011 kantor “Charlie Hebdo” sempat dilempari bom
molotov sehari setelah mempublikasi karikatur Nabi Muhammad.
“Penembakan disebuah kantor “majalah penyindir” (satire magazine)
yang bernama “Charlie Hebdo” adalah sebuah kebohongan besar!,” kata
para pengamat dunia konspirasi dan pakar audio viisual. Begitulah apa
yang telah dibicarakan banyak orang, bahkan melalui banyak forum di
internet sedunia.
Mereka para pemerhati konspirasi, para
video editor dan semua warga dunia yang waspada (aware) tak percaya
terhadap video yang telah beredar sebagai tipu daya golongan berideologi
pemecah belah bangsa di dunia.
Tampak pada video dimana seorang
polisi muslim Perancis yang sedang terbaring di trotoar, ditembaki.
|
Tampak pada video dimana seorang
polisi muslim Perancis yang sedang terbaring di trotoar, ditembaki. Lalu
salah satu teroris menghampirinya dan ditembak sekali lagi kepalanya
dari jarak dekat. Padahal nyaris semua orang tahu bahwa terlihat bahwa
penembakan itu adalah sebuah kebohongan. Tak ada darah, tak ada selongsong
peluru bahkan tak ada gerakan badan sedikitpun dari korban setelah
penembakan. Akibat aksi teror ini 12 orang tewas karena diberondong
peluru dari senjata otomatis kedua pelaku.
Pada video-video yang beredar, jelas semuanya telah dirancang atau di setting up terlebih dahulu sebelum disebarkan. Tempatnya pun seperti telah disiapkan, bahkan bagaikan sebuah film yang telah dirancang.
Pada video-video yang beredar, jelas semuanya telah dirancang atau di setting up terlebih dahulu sebelum disebarkan. Tempatnya pun seperti telah disiapkan, bahkan bagaikan sebuah film yang telah dirancang.
Ada beberapa video yang telah diunggah
dan beredar di Youtube, namun kebanyakan daripadanya telah dihapus
sepihak oleh Youtube termasuk milik admin dengan alasan kekerasan atau
violence, yang nyatanya adalah tidak.
Pada video yang akhirnya telah diedit
oleh para youtuber seperti membuat “slow motion” dan cara melihat lebih
mudah lainnya, dilakukan agar dapat menguak sebuah kebenarannya yang
sejati. Tapi telah tampak bahwa video aslinya ternyata tak asli alias di
edit sedemikan rupa, sebelum diunggah atau di-upload. Yup mereka adalah
salah satu “krew” atau “aktor” dari dalang peristiewa ini.
Namun mereka tak pernah tahu, bahwa di
internet banyak pakar dan ahli dalam bidang apapun yang dapat menonton
lalu mengunduhya dan kemudian menelitinya!
Berikut beberapa kejanggalan-kejanggalan
pada video tersebut yang ramai diperbincangkan di banyak forum di
internet oleh berbagai kalangan:
Klip #1 – Polisi yang duduk
diaspal, tiarap, dan asyik texting dengan smartphone miliknya beberapa
saat sebelum tragedi penembakan terjadi
Polisi
Perancis yang sedang asyik texting dengan kelakuan yang aneh dan tak
wajar, seakan-akan sedang bermain dikala situasi akan genting sebelum penembakan kantor majalah Charlie Hebdo. (lihat videonya disini) |
Ini adalah penampakan video sebelum
tragedi itu bermula. Beberapa polisi berdiri sedang berbincang-bincang
membentuk lingkaran, sementara itu tampak ada polisi yang seorang diri
dan justru berbaring persis disebelah sebuah mobil yang sedang parkir
dipinggir trotoar.
Bukannya siaga terhadap segala sesuatu
kemungkinan yang buruk bisa terjadi, namun ia justru sambil berbaring,
hingga setengah tiarap, kemudian ia asyik ber-texting-ria dengan
smartphone miliknya yang terlihat pada video yang diunggah di Youtube
dengan judul “Paris Shooting Hoax – Is This Normal For Cops To Act Like This?”
dan membuat orang geleng-geleng kepala terhadap kelakuan polisi ini,
begitu santai dan terlihat tak profesional, seakan-akan semuanya seperti
sudah direncanakan.
Apakah dengan situasi yang seharusnya polisi harus siaga namun ia asyik texting? Apakah ini logis? (lihat videonya disini)
Klip #2 – Sudut kamera dari atas gedung yang telah diedit
Terlihat tiga ornag polisi sedang berlari dan menembak dilorong jalan |
Pada video yang diambil oleh amatir ini memiliki sudut kamera (camera angle)
dari atas gedung. Kamera merekam dan memperlihatkan beberpa orang yang
berlari dan menembak dilorong sebuah blok. Tiga dantaranya adalah
polisi.
Sedangkan diatap tampak beberapa orang
juga berlari menghindar dan melompati tembok atap. Namun mungkin tak
hanya itu, tapi terlihat editan berupa pemutusan video dan disambung
dengan video lainnya pada sudut yang hampir sama.
Kesimpulan itu terlihat dari pipa-pipa yang ada di balkon tempat pengambilan video yang diunggah ke Youtube dengan judul “France False Flag Shooting — Attackers SPLICED IN COPS cut out Man in bullet proof vest watches” itu terjadi. Bahkan membuat sang pengunggah tertawa-tawa akibat hasil editan kelas cupu itu. (lihat videonya disini)
Klip #3 – Polisi berbaring di trotoar, ditembak kepalanya dari jarak dekat
That man didn’t die, the terrorist shot the asphalt near the police, no blood, no recoil, no body movement or anything, it’s a FAKE! |
Ini adalah video bagian yang paling
klimaks, kontroversial, heboh bahkan mengerikan dari seluruh rangkaian
video di tragedi ini, dan sangat banyak ditonton orang. Namun semua yang
telah mengunggah video ini di Youtube, nyaris seluruhnya dihapus secara
sepihak oleh Youtube dengan alasan kekerasan. Padahal video ini telah
didominasi oleh penonton yang justru membuat kening berkerut karena
“aneh”.
Penembak
melepaskan peluru, kearah kepala polisi Paris, namun tak kena,tak ada selongsong yang terpental, tak ada darah. |
Pada kali ini terlihat seorang polisi yang sedang terbaring diaspal ditembaki dari jarak sekitar 7-8 meter oleh senapan AK-47. Anehnya, tak ada selongsong peluru yang
terlempar dari senapan itu! Keanehan lainnya tak ada darah di kaki dan
di badan polisi tersebut. Setelah itu, salah satu dari penembak mendekati polisi yang terlihat masih berbaring “seperti terluka”.
Sambil setengah berlari, penembak
mengarahkan moncong senapan AK-47 miliknya ke kepala polisi tanpa
berhanti berlari. Ia mendekatinya lalu “dor..!!!”.
Satu peluru lagi dilepaskan dengan jarak
hanya satu meter dari kepala korban! Sekali lagi tak terlihat adanya
selongsong peluru yang keluar, tak ada darah, dan tak ada gerakan pada
badan setelah ditembak.
Tampak sedikit darah di lokasi kejadian |
Seorang yang ditembak pastinya tetap ada gerakan di badannya biarpun langsung mati walau hanya sedikit. Yang paling aneh lainnya adalah, jika kepala yang ditembak, maka darah langsung keluar memenuhi trotoar. Kepala tak berongga karena diisi otak,
oleh karenanya jika ditembak, maka detik itu juga darah akan keluar. Dan
akan keluar banyak, namun ini tak terjadi.
Darah “baru ada” diatas trotoar itu
setelah polisi merilis sebuah foto. Anehnya lagi darah itu hanya
sedikit, seperti terciprat mirip kencing. Paling aneh kedua adalah, jika sebuah
kepala ditembak oleh senapan AK-47 dari jarak dekat, maka peluru tak
hanya membuat lubang, tapi pastinya akan memecahkan kepala.
Sekali
lagi, tak tampak ada peluru yang keluar, tak ada darah, tak ada
selongsong peluru bahkan tak ada gerakan badan sedikitpun pada polisi
itu dalam tragedi penembakan CharlieHebdo.
Suara tembakan-tembakan yang terdengar pada semua video juga bukan suara khas dari senapan AK-47 yang memiliki ciri khas. (dengar letupan senapan AK-47 yang sebenarnya pada video ini).
Oleh sebab itulah bagian dari video yang
ini, justru sangat membuat para penonton bingung karena sangat aneh dan
tak alamiah! Video yang diunggah oleh akun Dzenis Jusmani itu berjudul “FAKE PARIS SHOOTING MISS SLOW MOTION 7 1 15 FRENCH SATIRE”. (lihat videonya disini)
Klip #4 – Video yang memperlihatkan trotoar telah diedit dengan menambahkan bercak darah
Terlihat warna trotoar sudah diedit yang ada disebelah kiri tiang tampak lebih terang dan yang disebelah kanan tiang, trotoar asli, warnanya tampak lebih gelap (lihat videonya disini) |
pada video ini menunjukkan adanya bercak
darah di atas trotoar. Namun sayangnya video ini sangat terlihat sekali
hasil olahannya. Salah satunya, tampak warna trotoar yang memakai efek
“green screen” yang sudah dioleh (edited) karena memiliki warna berbeda
atau lebih terang dari trotoar asli.
Kedua warna trotoar yang berbeda itu
hanya dipisahkan oleh sebatang pohon dipinggir jalan dekat trotoar. Jadi
batang pohon itu sebagai pembatas hasil olahan (edited). Tampak warna
trotoar sebelah kiri batang pohon dimana adanya bercak darah adalah
palsu akibat tambahan oleh efek green screen.
Sedangkan warna trotoar yang sebelah
kanan batang pohon adalah warna asli dari trotoar yang sebenarnya. Hal
itu sangat terlihat sekali pada detik 02 atau detik kedua diawal video
dengan sudut paling dekat ini, yang berjudul “Video of Paris attack shows gunmen shooting wounded officer dead”, sangat terlihat beda penampakannya dari trotoar asli. (lihat videonya disini).
Pelaku “Paris Shooting” Menyerahkan Diri
Kini tragedi yang hampir mirip untuk
kesekian kalinya, terjadi lagi dan sekarang di kantor majalah satir
Prancis, Charlie Hebdo Perancis. Salah satu pelaku penembakan brutal
yang merupakan tersangka paling muda berusia 18 tahun dilaporkan
menyerahkan diri ke polisi pada Rabu (7/1) sekitar pukul 23.00 waktu
setempat setelah melihat namanya beredar luas di media sosial, demikian
dilaporkan AFP, Kamis (8/1/2015).
“Hamyd Mourad menyerahkan dirinya sendiri
ke polisi … pada Rabu (7/1) sekitar pukul 23.00 waktu setempat setelah
melihat namanya beredar luas di media sosial,” tutur seorang sumber yang
memahami kasus ini kepada AFP, Kamis (8/1/2015). “Dia telah ditangkap dan dibawa ke tahanan,” sebut seorang sumber lainnya memastikan.
Tersangka selalu adik-kakak, mirip tragedi Bomb Boston Marathon
Kepolisian Prancis telah mengidentifikasi
tiga pelaku penembakan tersebut, sebagai Said Kouachi yang lahir tahun
1980, kemudian Cherif Kouachi yang lahir tahun 1982 dan Hamyd Mourad
yang lahir tahun 1996. Said dan Cherif diketahui merupakan kakak-beradik
yang tinggal di Paris, sedangkan Mourad diketahui berasal dari kota
Reims.
Sekali lagi mirip tragedi Bomb Boston
Marathon, perburuan besar-besaran terhadap dua pelaku lainnya dilakukan
kepolisian Prancis. Polisi juga telah merilis foto dua pelaku
kakak-beradik ke publik, demi mendapat informasi dan petunjuk dari
masyarakat.
Kepolisian Paris menyatakan, surat
perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk Said Kouachi (34)
dan Chérif Kouachi (32) yang disebut sebagai berbahaya dan bersenjata.
Pada tragedi Bomb Boston Marathon, kakak
pelaku ditembak mati padahal sudah menyerah dan tak bersenjata,
sedangkan adiknya ditembak tenggorokannya padahal sudah menyerah juga
keluar dari persembunyian di sebuah perahu dan juga tak memiliki
senjata. Kini adiknya dipenjara dan tak bisa lagi berbicara akibat
tenggorokannya rusak agar tak dapat menyampaikan kesaksiannya.
Tersangka kakak-adik Bom Boston Marathon, Tamerlan Tsarnaev dan Dzhokhar Tsarnaev. |
Toko Yahudi di Perancis disandera, penyandera tewas, total korban 5 orang
Bersamaan dengan aksi pasukan antiteror
Prancis melumpuhkan penyerang tabloid Charlie Hebdo Said Kouachi dan
Cherif Kouachi, 5 orang tewas dalam penyerbuan di toko swalayan Yahudi
(Kosher) bernama Hyper Cache di bagian timur Paris tepatnya di distrik
Porte de Vincennes. Salah satu korban merupakan penyandera. Seorang pria
bersenjata yang belum diketahui identitasnya menyandera belasan orang
yang berada di toko swalayan itu. Penyanderaan berlangsung lebih dari
lima jam sebelum pasukan keamanan melakukan serbuan.
Diduga aksi penyanderaan ini terkait
dengan penyerangan Charlie Hebdo. Seperti dikutip dari Sky News, sang
penyandera menyatakan kepada polisi akan membunuh semua sandera jika
polisi menangkap Said dan Cherif Kouachi. Negosiasi berlangsung alot
hingga akhirnya polisi memutuskan melakukan penyerbuan. Ledakan dan
rentetan senjata terdengar dari lokasi. Beberapa saksi menyatakan,
penyandera merupakan orang yang menembak mati seorang polisi wanita pada
Kamis (8/1/2015) lalu.
Sejumlah sandera juga mengalami luka-luka
namun ada beberapa yang selamat termasuk seorang anak kecil. Mengenai
jumlah korban, ada yang menyebut 5 orang, namun beberapa media setempat
menyebut hanya 4 orang. Yang pasti, penyandera termasuk dalam korban
tewas. Keamanan di Kota Paris diperketat pasca dua insiden ini.
Charlie Hebdo pernah memecat kartunis karena anti-Semitisme (anti Zion Yahudi) pada tahun 2009
Kalian boleh
anti-Islam, anti-Kristen, atau anti agama lain, tapi jangan anti Semit.
Itulah pesan yang diterima Maurice Sinet, kartunis yang kini berusia 86
tahun dan punya nama pena “Sine”, saat dipecat manajemen majalah satire Charlie Hebdo tahun 2009 lalu.
Info yang dimuat pada worldbulletin.net
mengemukakan peristiwa yang dialami oleh Maurice Sinet karena dianggap
mengejek Sarkozy (presiden Perancis kala itu) agar masuk agama Yahudi
untuk uang, lalu Sine dituduh sebagai Anti-Semit dan menghadapi banyak
tekanan dari pemimpinnya untuk memecat dari majalah mingguan tukang
sindir itu.
Maurice Sinet,
lahir pada 13 Desember 1928 (86 tahun), itu akhirnya menghadapi tuduhan
“menghasut kebencian rasial” untuk kolom yang ia tulis pada tahun 2009
di Charlie Hebdo. Kartunis itu memicu kontroversi antara intelektual Paris dan berakhir pada pemecatannya dari majalah itu.
Kartunis
yang pernah mengisi kolom pada majalah “L’Affaire Sine” ini, mengikuti
keterlibatan Sarkozy terhadap calon istrinya kala itu Jessica
Sebaoun-Darty (22), seorang puteri pewaris tahta dari pengusaha Yahudi
yang menguasai jaringan perdagangan barang elektronik.
Ia mengomentari
rumor bahwa putra presiden berencana untuk mengkonversinya menjadi
Yudaisme, Sine menyindir: “Dia akan pergi jauh dalam kehidupan, dan
memiliki sedikit anak.”
Seorang
komentator dengan profil tinggi dibidang politik marah terhadap kolom
itu karena menghubungkan prasangka tentang orang-orang Yahudi dan
keberhasilan sosial.
Editor Charlie Hebdo,
Philippe Val, mendesak dan meminta Sinet untuk meminta maaf. Sinet
sebenarnya bersedia, tapi jika permintaan maaf harus dengan cara yang
sangat sopan, dia menolak.
Keputusan Mr.
Val untuk memecat Sine didukung oleh sekelompok intelektual terkemuka,
termasuk filsuf Bernard-Henry Levy. Tetapi bagian dari libertarian sayap
kiri membelanya habis-habisan, mengutip hak untuk kebebasan berbicara
oleh Charlie Hebdo ternyata justru melanggar kebebasan berbicara yang selama ini di-tuhan-kan.
Pada tahun 1962 Siné pernah merilis bukunya yang berjudul Siné Massacre, yang di dalamnya mengandung anti-colonialism, anti-capitalism, anti-clericalism, and anarchism.
Tabloid kartun tukang sindir Charlie Hebdo juga pernah menerbitkan kartun bahkan menghina Islam dan Nabi Muhammad, sebagai “kebebasan berbicara”. Charlie Hebdo
juga pernah menerbitkan kartun tentang Nabi Isa dan Chiristianity, juga
menyebabkan majalah itu dituntut sebanyak 12 kali oleh Gereja Katolik.
Pemimpin Chechnya Ledak Eropa Atas Standar Ganda Terorisme
Tanggapan
publik belum pernah terjadi sebelumnya terhadap penembakan Charlie Hebdo
di Prancis yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin membangkitkan
sentimen anti-Islam dan mengalihkan perhatian orang dari masalah lain,
klaim pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov melalui laporan di Russia Today (RT).
Ramzan Kadyrov |
Kepala Republik Chechnya itu menjelaskan posisinya melalui media lamanya pilihan, layanan berbagi foto Instagram. Dalam sebuah posting yang viral dan menyertai foto dirinya, Kadyrov mengatakan bahwa ia menyambut baik “single-hearted“
kecaman terorisme oleh para pemimpin dunia serta jutaan orang mengambil
bagian dalam demonstrasi di Paris. Dia juga mengutuk pembunuhan orang
tak bersenjata oleh teroris dan dianggap sebagai perang melawan
terorisme, tugas yang paling penting dalam hidupnya.
Pada saat yang sama Kadyrov mengajukan pertanyaan.
“Was
the denouncing aimed at terrorism only in France or were the public
figures and people targeting the evil all over the World?”
(Apakah
yang mencela bertujuan terorisme hanya di Prancis atau yang para tokoh
masyarakat dan orang-orang jahat yang menargetkan seluruh Dunia?)
“Why the
presidents, kings and prime ministers have never led marches of protest
against the deaths of hundreds of thousands of Afghans, Syrians,
Egyptians, Libyans, Yemenis, and Iraqis? Why did they remain silent when
terrorists exploded a bomb in the Chechen government HQ or when they
blew up the Grozny stadium killing Chechen President Akhmad-Haji Kadyrov
[Ramzan Kadyrov’s father] and his aides? Why did they not react to the
raid on the school in Beslan and the hostage taking at Moscow’s Dubrovka
Theater? Why keep silent when in December last year terrorists captured
the House of Press and a school in Grozny, killing and injuring over 50
people?” tulisan akhir Kadyrov dalam akunnya.
(“Mengapa
presiden, raja dan perdana menteri tidak pernah memimpin pawai protes
terhadap kematian terhadap ratusan ribu warga Afghanistan, Suriah,
Mesir, Libya, Yaman dan Irak? Mengapa
mereka tetap diam ketika teroris meledakkan bom di markas pemerintah
Chechnya atau ketika mereka meledakkan stadion Grozny dan membunuh
Presiden Chechnya Akhmad Kadyrov-Haji [ayah Ramzan Kadyrov] dan para
pembantunya? Mengapa mereka tidak bereaksi terhadap serangan disekolah di Beslan dan penyanderaan di Theater Dubrovka di Moskow?
Mengapa diam ketika pada bulan Desember tahun lalu teroris ditangkap di
Gedung Pers dan sebuah sekolah di Grozny, menewaskan dan melukai lebih
dari 50 orang?” tulisan akhir Kadyrov dalam akunnya.)
“It is impossible
to secure Paris, London, Madrid and other European capitals if the whole
society fails to condemn those who raise and sponsor terrorists all
over the world masking it as support for opposition movements,” Kadyrov stated.
“Tidak
mungkin untuk mengamankan Paris, London, Madrid dan ibukota Eropa
lainnya jika seluruh masyarakat gagal untuk mengutuk orang-orang yang
mengangkat dan mensponsori teroris di seluruh dunia yang berkedok
sebagai dukungannya untuk gerakan oposisi,” kata Kadyrov.
Tokoh Chech itu
dengan yakin menulis bahwa dia mencurigai beberapa kekuatan yang sangat
kuat telah mempersiapkan seluruh skenario itu untuk menghasut suasana
hati anti-Islam di Eropa atau untuk mengalihkan perhatian publik dari
beberapa masalah global yang masih terjadi.
Seorang mukmin
yang sungguh-sungguh dalam Islam, Kadyrov juga menulis bahwa ia dan
sekutu-sekutunya tidak akan membiarkan siapa pun menghina Nabi, bahkan
jika hal ini akan mempertaruhkan hidup mereka.
“Jika
kita masih diam ini tidak berarti bahwa kita tidak bisa mendapatkan
jutaan orang turun ke jalan di seluruh dunia untuk memprotes orang-orang
yang berkomplot pada penghinaan terhadap perasaan keagamaan umat Islam. Apakah ini yang Anda inginkan? “terangnya, yang ditujukan oleh para pemimpin politik dunia Barat.
Kepala republik Chechnya itu juga menyarankan media massa telah “membiarkan diri untuk terlibat dalam skandal,” dan harus meminta maaf kepada umat Islam untuk mengakhiri kontroversi.
“Perdamaian dan stabilitas lebih penting bagi semua orang daripada hak segelintir wartawan untuk tidak menghormati Nabi,” tulisnya.
Operation False Flag
Tampak pada video dimana seorang polisi
muslim Perancis yang sedang terbaring di trotoar, ditembaki. Lalu salah
satu teroris menghampirinya dan ditembak sekali lagi kepalanya dari
jarak dekat. Tak ada darah, tak ada selongsong peluru bahkan tak ada
gerakan badan sedikitpun dari korban setelah penembakan. Semua penembak
yang disebut teroris itu memakai kain penutup muka seperti para anggota
ISIS.
Menurut Kepolisian Perancis, mereka tak
teridentifikasi. Namun kenapa pihak kepolisian menuduh bahwa mereka yang
bersenjata itu seorang Muslim?
Operation False Flag |
Kepolisian Perancis menuduh bahwa
pria-pria bertopeng itu Muslim karena berteriak “Allahu Akbar” dan
berteriak dalam bahasa Perancis, “Kami adalah Al-Qaida dari Yaman dan
kami membela Nabi Muhammad!”.
Teriakan kata-kata dalam bahasa Perancis?
Seperti yang telah dilontarkan bahwa kepolisian Perancis telah
menyatakan, “mereka tak teridentifikasi”. Bukankah itu sesuatu yang
spesifik? Dan mengapa pengambil video itu telah tahu bahwa akan terjadi
aksi terorisme disana? Dengan kamera yang sepertinya telah disiapkan?
Inilah pengalihan terhadap opini publik,
bahwa masyarakat digiring kepada apa yang disebut sebagai “False Flag’,
agar masyarakat dunia langsung percaya bahwa para penembak itu adalah
Al-Qaeda, organisasi cikal bakal yang dibuat AS untuk memerangi Uni
Soviet pada masa tahun 1080-an dimaasa “Perang Dingin”.
Jadi opini ditekankan bahwa kelompok
muslim telah memerangi dan membunuh kelompok muslim lainnya. Itu
terlihat karena polisi yang ditembak pada video adalah juga seorang
muslim. Dan pakaian penembak lebih mirip kelompok ISIS dibanding
Al-Qaeda.
Petugas kepolisian tengah menggelar
pencarian besar-besaran untuk menangkap pelaku penembakan. Media
sedunia pun heboh, karena terbukti pula bahwa nyaris semua media sejagat
memang telah ‘dikendalikan” mereka. Semua itu agar dapat mengelabui
masyarakat dunia dalam operasi andalannya yang selalu jitu karena
disokong oleh media dunia, yaitu Operation False Flag.
Crisis Actors
Mereka memakai para aktor krisis atau crisis actor, seperti pada tragedi-tragedi sebelumnya. Akor krisis ini biasa dipakai ketika melakukan latihan perang, yang memiliki skenario pengeboman atau dalam kondisi diserang.
Mereka dipakai agar para prajurit dapat merasakan seperti layaknya berada di medan peperangan yang sesungguhnya.
Biasanya diskenariokan kepada para aktor
yang memiliki fisik cacat ini seakan terkena peluru, terkena bom, granat
dan sejenisnya, lengkap dengan darah buatan, pompa elektrik agar darah
terlihat muncrat berikut serpihan daging dan lengkap dengan potongan
kakinya yang buntung.
Semua ini dilakukan agar terlihat nyata,
lalu prajurit yang mungkin panik dalam keadaan terdesak saat mengikuti
latihan perang ini, harus menolongnya.
Aktor krisis lainnya tak harus cacat
fisik, namun sebagai aktor sungguhan yang dapat mengungkapkan suatu
kejadian dan mendramatisirkannya, agar opini publik percaya padanya.
Mereka biasanya termasuk di dalam
intelijen yang juga bagian dari skenario yang telah dilakukannya, namun
lebih mirip bagian “humas” yang dapat mempengaruhi publik melalui segala
macam media-media antek mereka juga, sebagai corongnya.
Mereka biasanya selalu diwawancarai sebagai saksi mata oleh beberapa stasiun televisi ditempat kejadian perkara.
Crisis actors menjadi puncaknya
mencuat dan sangat terlihat sejak peristiwa 9/11, yaitu hancurnya gedung
kembar WTC di New York pada 11 September 2001.
Juga termasuk invasi Libya, tragedi
penembakan di Bandara Los Angeles, tragedi penembakan Sandy Hook sampai
tragedi Bom Boston Marathon bahkan seluruh tragedi-tragedi lainnya di AS
dalam satu dekade ini.
Pada masa kini banyak pakar bahkan tak
menutup kemungkinan juga terjadi pada tragedi penciptaan pasukan ISIS
guna memojokkan kaum muslim dunia sebagai musuh mereka berikutnya,
setelah Nazi dan Komunis tumbang.
Crisis Actors, saat peristiwa Bomb Boston Marathon |
Manchurian Candidate
Lain lagi dengan yang satu ini, “the
Manchurian Candidate” (Kandidat Mancuria), yaitu sejenis agen yang telah
dicuci otaknya (brainwashed). Mereka layaknya bagai robot yang dapat
diprogram setelah dicokiki habis-habisan melalui doktrin-doktrin sangat
halus, hingga melalui hipnosis.
Mereka ada yang diasuh sejak kecil bahkan
dari bayi. Lalu dibesarkan melalui doktrin-doktrin ideologi mereka
sehingga menjadi patuh dan taat. Mereka terdiri dari berbagai bangsa dan
ras, agar jika ada operasi intelijen tingkat tinggi disuatu negara
tertentu, maka sesuai rasnya, merekalah yang ditunjuk untuk menjalankan
misi tersebut. Lain dengan agen-agen lainnya, misi mereka adalah mati
atau bunuh diri, mirip kamikaze.
Untuk Manchurian Candidate yang diasuh
sejak bayi atau masih kanak-kanak, mereka akan menjalani misi bunuh
diri, bahkan tanpa mereka ketahui. Misalnya pada peristiwa Tragedi WTC
9/11 dan Tragedi MH370.
Penumpang gelap MH370 dengan paspor palsu. |
Mereka disiapkan passport dan naik
pesawat secara normal, bahkan passport palsu pun bisa mereka peroleh dan
masuk ke pesawat tanpa ada yang tahu. Mengapa bisa demikian?
Mungkin anda lupa, bahwa mereka adalah agen tingkat tinggi yang telah diasuh sejak lama, oleh karenanya pasti di back-up oleh agen-agen tingkat tinggi pula, jadi pastinya mereka memiliki akses kemanapun mereka mau.
Setelah masuk pesawat, lalu kontrol pada
pesawat diambil-alih dari darat, kemudian agen dari darat tinggal
menjalankan pesawat itu sesuai skenario dan misinya. Mau menabrak gedung
atau dibuang ke tengah laut, terserah, apapun bisa.
Seperti diterangkan sebelumnya, mereka
tak akan pernah kembali pulang setelah menjalankan misinya, alias tewas.
Tinggal pilih sesuai misinya, mau Manchurian Candidate dari ras apa?
Mereka punya semua suku dan ras.
Setelah misi selesai, dengan seenaknya
mereka menuduh berdasarkan ras golongan apa yang tadi telah mereka suruh
menjalankan misi bunuh diri itu, begitu mudahnya untuk menuduh suatu
kelompok jika memiliki bukti-bukti yang ada. Iya khan?
Misal, jika misinya untuk menghajar
Islam, tinggal memilih diantara orang-orang yang memiliki ras Arab. Jika
misinya untuk menghajar komunis tinggal memilih diantara orang-orang
yang memiliki ras Cina atau Mongoloid. Jika misinya untuk menghajar ras
kulit hitam, tinggal memilih diantara orang-orang yang memiliki ras yang
sama.
Tragedi 9/11 |
Setelah
misi sukses, toh Manchurian Candidate tak akan pernah kembali, sebagai
misi bunuh diri. Di Indonesia mungkin memiliki istilah lain,
“pengantin”.
Lain lagi dengan Manchurian Candidate untuk misi pembunuhan. Mereka biasanya hanya diberikan hipnosis.
Mereka dapat diperintah hanya melalui
perkataan dari sebuah “kata kunci” saja. Hanya dengan menelpon mereka
dan mengucapkan kata kunci, maka mereka langsung menjalankan misinya,
tanpa sadar. (lihat videonya dibawah halaman)
Misal setelah mendengar kata kunci
tertentu, mereka langsung tak sadar mengeluarkan pisau atau pistol, lalu
membunuh target atau memencet tombol bom bunuh dirinya. Setelah
kejadian selesai barulah ia sadar apa yang telah ia perbuat.
Jika di Indonesia mirip gendam atau
hipnotis, hanya melalui perkataan mereka menjadi tak sadar, setelah
ditepuk pundak atau sejenisnya agar sadar, barulah mereka kembali sadar.
Namun semuanya sudah terlambat. It’s so simple. Ya, mereka mirip robot.
Tapi untuk masalah gendam atau hipnotis, itu baru kelas anak TK. Para
agen ini sudah sangat expert dalam teknologi otak, psikologi, sistim
syaraf dan pengontrolan pikiran. Istilahnya adalah Neuro-Technology.
Pada
masa kini, banyak Manchurian Candidate lepasan. Artinya adalah
masyarakat dunia itu sendiri. Melalui doktrin-doktrin ideologi
masing-masing akan merasa paling benar dan memang itulah keinginan
mereka. Setelah mereka terbentuk atau diciptakan, maka mereka akan terus
berkembang dengan sendirinya, makin membesar dan membesar tanpa ada
lagi campur tangan, tapi mereka tetap dipelihara dari jauh, bahkan akan
terus dikembangkan.
Lihat saja pada masa kini, banyak
golongan-golongan sempalan mulai dari golongan religius sampai atheis,
seperti ekstrimis Islam, ekstrimis Kristen, ekstrimis Katolik, ekstrimis
Komunis, ekstrimis Liberal, ekstrimis Fasis, ekstrimis Atheis,
ekstrimis Zion hingga kelompok-kelompok sepeti Klu Klux Klan, English
Defense League, Taliban, Al-Qaeda hingga ISIS.
Mereka dengan sangat-sangat pelan namun
pasti, mengajarkan kebencian dan kebencian, lalu kebencian. Begitu
seterusnya. Mereka memasuki dan merambah ke desa-desa, ke masjid hingga
ke mushola, ke pengajian-pengajian, ke gereja-gereja, ke
kebaktian-kebaktian, dan ke komunitas-komunitas.
Untuk
apa? Ya seperti barusan dijelaskan, mengajarkan kebencian dan
kebencian, lalu kebencian. Lalu bagaimana dengan tewasnya Paris Shooting
yang berjumlah belasan?
Mereka memang mati, karena menjadi target dari “sang dalang” akibat kebencian mereka sendiri.
Jadi jika kelas cupu, misal anda ingin
membunuh orang yang tak anda suka, anda tak perlu turun tangan, tapi
cukup membayar pembunuh bayaran. Namun jika anda intelijen tingkat
tinggi, justru andalah yang membentuk dan membuat para pembunuh-pembunuh
bayaran itu, tanpa perlu ada yang tahu.
Maka secara keseluruhan tangan anda
bersih dari darah, bahkan anda dapat menyalahkan si pembunuh bayaran
tadi. Tanpa harus disuruh lagi, mereka akan saling membenci. Jika mulai
akur, peristiwa seperti penembakan di Paris, Tragedi 9/11, Bomb Bostom
Marathon, akan terulang lagi dan lagi.
Dengan begitu Manchurian Candidate tak
perlu banyak, karena ideologinya telah mengakar ke segala penjuru arah
bagai tantakel gurita: kebencian antar ras, suku, agama, kelompok,
golongan, dan itu sudah terjadi sejak RIBUAN tahun lalu. Mereka memang
membuat manusia-manusia harus terkotak-kotak. Misi mereka memang membuat
perang antar ras di muka Bumi ini, untuk selamanya.
Sumber:
- indocropcircles.wordprees.com
- worldbulletin.net, Charlie Hebdo fired cartoonist for anti-Semitism in 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar