Senin, 12 Januari 2015

Virus Ebola

Menurut WHO, ebola adalah salah satu penyakit yang diketahui paling mematikan. Para ilmuwan hingga kini masih belum mengetahui, darimana aslinya Virus Ebola ini berasal. Hingga sekarang belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Penyakit itu menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau jaringan orang yang tertular.
WHO mengatakan penyakit itu juga bisa ditularkan melalui kontak dengan hewan yang tertular, sakit atau mati. Virus tersebut berpindah melalui darah dan cairan tubuh lain. Korban mengalami pendarahan secara internal dan eksternal. Tingkat kematian dapat mencapai 90 persen.
Penelitian menunjukkan, jika kelelawar dapat terinfeksi virus ebola namun ternyata mereka mampu bertahan dengan virus tersebut, tanpa terjangkit penyakit ebola. Maka, kelelawar diklaim sebagai hewan yang memainkan peran penting mempertahankan virus ini tak akan punah dan selalu ada di alam liar!
Penyebaran virus ebola yang telah menewaskan 78 orang di Guinea mencapai tingkat tertinggi. Sebab penyebaran virus ini semakin sulit dikontrol. Hingga kini, sudah lebih dari 1.850 kasus dan lebih dari 1.200 kematian yang dilaporkan sejak ebola ditemukan, berdasarkan catatan WHO.

27 Juni 1976, Dunia Saksikan Lahirnya Virus Ebola
Pada tahun 1976 lalu, seorang pekerja toko di Nzara, Sudan, tiba-tiba sakit. Lima hari berselang, ia meninggal dunia. Dengan kematiannya, dunia tanpa sadar mulai menyaksikan… dampak dari virus Ebola pertama yang menakutkan, tepatnya pada tanggal 27 Juni 1976.
Illuminati Card Game - Epidemic
Illuminati Card Game - Epidemic
Virus ini kemudian menjadi wabah di seluruh area tersebut. Dilaporkan terjadi 284 kasus, setengah di antaranya membuat korban sekarat. Gejala dari Ebola hemorrhagic fever (EHV) biasanya dimulai empat hingga 15 hari sesudah seseorang terinfeksi. Rata-rata gejala yang dialami berupa sakit seperti flu, demam tinggi, dan nyeri.
Semua gejala di atas biasanya diikuti dengan diare, muntah, serta kemunculan ruam di seluruh tubuh. Lalu dimulailah gejala menyakitkan seperti keluarnya darah dari semua lubang di tubuh. Dilanjutkan dengan rusaknya organ-organ internal si penderita. Masuk hari ketujuh hingga kesepuluh, muncul rasa kelelahan, dehidrasi, dan shock.
Dokter yang merawat para korban awal sadar, bahwa penyebaran virus ini terjadi ketika ada kontak yang cukup dekat. Sebagai contoh, di Rumah Sakit Maridi, Sudan, 33 dari 61 suster yang merawat pasien penderita Ebola, akhirnya ikut tewas karena virus tersebut.
Studi yang dilakukan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, virus ini memiliki angka kematian sebesar 90 persen. Umumnya berkembang di desa-desa terpencil di Afrika Tengah dan Barat.
Diyakini, virus bermula dari hewan liar yang menularkannya ke manusia hingga akhirnya mematikan bagi populasi manusia. Baru dugaan, hewan yang dianggap sebagai inang alaminya adalah kelelawar buah dari famili Pteropodidae. Hingga sekarang, belum ada vaksin penyembuh bagi mereka yang terpapar.

Mulai Menyebar Ke Negara-Negara Tetangga
Jika selama ini hanya ada tiga negara yang lumpuh akibat Ebola – Liberia, Sierra Leone, dan Guinea – bertambah satu lagi, yakni Nigeria. Kasus di sana juga meningkat dari empat menjadi sembilan, dengan satu korban meninggal.
Sejak Februari 2014, ebola telah menjadi perhatian serius negara-negara di dunia. Bantuan medis datang dari Amerika Serikat, Inggris, dan negara lainnya untuk Afrika. Bank Dunia mengucurkan dana.
Tak ketinggalan, para peneliti pun berpacu dengan meroketnya angka kematian akibat virus mematikan. Mengutip laman Time, 4 Agustus 2014 lalu, pakar imun dari National Institutes of Health, Dr. Anthony Fauci mengaku telah berhasil menciptakan vaksin untuk ebola, yang sudah diuji coba pada hewan.
Vaksin itu baru akan diuji coba ke manusia, namun Fauci bukan satu-satunya yang menjadi tumpuan harapan dunia. Peneliti lain juga tengah berupaya menyelamatkan dunia dari ebola.
Menurut WHO, ebola adalah salah satu penyakit yang diketahui paling mematikan. Penyakit itu menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau jaringan orang yang tertular. WHO mengatakan penyakit itu juga bisa ditularkan melalui kontak dengan hewan yang tertular, sakit atau mati.

Lebih Dari 5.000 Orang Sudah Tewas!
Nigeria sudah dinyatakan bebas dari Ebola pada pertengahan Oktober 2014 lalu. Namun ternyata Ebola masih menjadi momok di Afrika. Bahkan penyakit berbahaya tersebut diketahui sudah menyerang Mali, salah satu negara yang berbatasan langsung dengan Guinea.
Ini membuat Mali menjadi negara terbaru yang terserang Ebola. Menteri Kesehatan Mali Ousmane Kone mengatakan bahwa Ebola menyerang salah satu penduduk Mali yang baru saja pulang dari Guinea, negara di mana wabah ini dimulai bulan Februari 2014 lalu.
“Pasien adalah seorang gadis kecil berusia dua tahun dan sudah positif terinfeksi Ebola. Namun kondisinya membaik karena pengobatan yang dilakukan sangat cepat,” tutur Kone, dikutip dari Reuters, Jumat (24/10/2014).
Pathogenesis schematic (wikipedia).
Memang kapan dan bagaimana bocah tersebut terserang Ebola masih simpang siur. Namun sebuah sumber dari Kementerian Kesehatan Mali menyebutkan bahwa gadis tersebut datang dari Guinea beberapa minggu lalu. Sebelumnya, ibu bocah tersebut meninggal di Guinea dan akhirnya dibawa ke Mali.
Bocah tersebut pun diketahui tinggal di Bamako, ibukota Mali sebelum akhirnya pindah ke Kayes. Di Kayes, ia mengalami gejala demam dan panas tinggi lalu dilarikan ke rumah sakit Fousseyni Daou dan didiagnosis positif mengidap Ebola.
Langkah penanganan cepat pun sudah dilakukan oleh pemerintah Mali. Orang-orang yang diketahui sudah pernah melakukan kontak fisik dengan bocah tersebut ditempatkan di sarana kesehatan dengan pengawasan ketat. Pemerintah Mali juga mendata siapa saja anggota keluarga dekat korban dan akan melakukan tes Ebola kepada mereka.
Ebola diketahui sudah menginfeksi lebih dari 10.000 orang dan membunuh lebih dari 5.000 orang di Afrika. WHO mengatakan bahwa sudah seharusnya kasus Ebola menjadi perhatian dunia dan meminta negara-negara lain untuk mengirimkan bantuan.

Kenali Virus Ebola
Presiden Uganda Yoweri Museveni meminta masyarakat untuk menghindari kontak fisik langsung dengan penderita, pasca virus ini menyerang ibukota Kampala.
Museveni meminta warga menghindari jabat tangan, berciuman, dan melakukan hubungan seks dengan penderita. Meskipun wabah Ebola banyak terjadi di negara-negara Afrika, bukan tidak mungkin virus tersebut dapat menyebar ke seluruh dunia. Lantas bagaimana sebenarnya seluk beluk penyakit mematikan ini?
ebola-poster-visual-science
The Ebola Virus
Gejala awal penyakit ini berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, sakit tenggorokan dan gejala lain yang disertai dengan diare, muntah, sakit perut. Dalam beberapa kasus penyakit ini bahkan menyebabkan ruam, mata merah dan pendarahan secara internal dan eksternal.
The National Institutes of Health mencatat hampir 90 persen orang yang terinfeksi virus ebola, meninggal dunia.
Virus ini mewabah di beberapa negara Afrika seperti Republik Demokratik Kongo, Gabon, Sudan, Pantai Gading, dan Uganda. Sebenarnya manusia bukanlah sarang alami dari virus ebola. Orang pertama kali terjangkit virus ini diyakini mereka yang melakukan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi virus tersebut.
Hewan yang berpotensi menyebarkan virus ebola kepada manusia antara lain simpanse, gorila, antelop hutan, dan monyet cynomolgus. Setelah seseorang terinfeksi dari hewan, maka orang tersebut berpotensi menyebarkan virus kepada orang lainnya melalui cairan darah, air liur, atau lendir. Berdasarkan beberapa pengalaman di beberapa negara tempat kasus ini terjadi, ebola sering menyebar dan menyerang para pekerja di bidang layanan kesehatan masyarakat.
Tentu saja hal ini lumrah karena mereka bertugas merawat pasien yang terjangkit virus. Terlebih jika mereka tidak menggunakan pelindung seperti masker dan sarung tangan. Penggunaan jarum suntik yang baru juga sebagai sarana penyebaran virus.
Para ilmuwan hingga kini masih belum mengetahui darimana virus ebola berasal. Penelitian menunjukkan jika kelelawar dapat terinfeksi virus ebola namun ternyata mampu bertahan dengan virus tersebut tanpa terjangkit penyakit ebola. Kelelawar diklaim sebagai hewan yang memainkan peran penting mempertahankan virus di alam!
Berdasarkan data WHO sejak ditemukan tahun 1976, telah tercatat 1.850 kasus dan lebih dari 1.200 kematian yang disebabkan oleh virus ini. Pasien yang terinfeksi penyakit hanya dapat dirawat melalui terapi, dan beberapa perawatan intensif seperti menyeimbangkan cairan pasien, menjaga tekanan darah dan kadar oksigen, serta dan menjaga mereka dari hal yang dapat menimbulkan infeksi.

Mengapa Wabah Ebola Merebak?
Virus Ebola berpindah melalui darah dan cairan tubuh lain. Korban mengalami pendarahan secara internal dan eksternal. Tingkat kematian dapat mencapai 90 persen, menurut WHO. Tambah lagi, masalah yang dikhawatirkan adalah fasilitas perawatan kesehatan di Guinea tak memadai.
Meski memiliki deposit bauksit dan bijih besi yang sangat besar, Guinea merupakan salah satu negara termiskin di dunia. Dan dengan menyebarnya virus mematikan seperti ebola saat ini, keamanan regional pun terancam.
Ian Lipkin, seorang pakar epidemiologi dari Columbia University’s Mailman School of Public Health, New York City, kepada National Geographic berbicara tentang hal ini. Menurut Lipkin, ebola tidak selalu mematikan. Dalam beberapa kasus memang orang bisa sembuh, akan tetapi ia menekankan betapa berbahayanya infeksi ini.
Cases of ebola fever in Africa from 1979 to 2008.
“Mayoritas orang yang menunjukkan gejala-gejala infeksi tidak dapat bertahan”, jelas Ian Lipkin. Kemungkinan sumber penularan virus penyakit adalah dari binatang—yakni kelelawar atau terkadang primata. Untuk itu, pihak pemerintah Guinea telah melarang warganya mengonsumsi kelelawar ataupun binatang liar antara lain kera, simpanse, gorila.
“Infeksi awalnya adalah melalui daging mentah. Jika ada hewan yang terkena penyakit, lalu ketika proses pembantaian terjadi kontak dengan darah hewan itu, segera bisa terjangkit,” kata Lipkin. Ia mengatakan, di samping itu, semacam ritual tertentu yang berlaku di beberapa daerah juga bisa menjadi cara penularan.
ebola africa map
ebola africa map
Dalam penguburan seorang yang meninggal, mereka memandikan atau membersihkan langsung jenazah sebelum dikebumikan — sebagai sebuah tanda mengirim roh ke dalam dunia selanjutnya dengan penuh kasih.
Umumnya, wabah demikian bisa tertangani dengan memanfaatkan berbagai diagnosis dan tes untuk mengarantina orang yang sudah memiliki gejala sakit dari yang benar-benar sakit, serta mencoba campur tangan dalam praktik ritual penguburan yang berisiko penyebaran ini, demi mengontrol wabah ebola.
“Tapi kini tampaknya berbeda, wabah sudah menyebar,” ungkap Lipkin. “Kali ini, virus sudah menyeberangi perbatasan dan memungkinkan adanya human carrier. Akan menarik melakukan autopsi terhadap titik mula wabah di Guinea untuk mengetahui bagaimana virus melintasi perbatasan. Berdasar kecurigaan saya, ini melibatkan transportasi mayat dari satu area [untuk dimakamkan] ke area lain,” imbuhnya.

Hal Dasar Yang Perlu Diketahui Seputar Ebola
Berikut beberapa pertanyaan tentang virus Ebola:
Bagaimana penyebarannya?
Manusia, secara alami, bukanlah inang tempat perkembangbiakan virus ebola. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan sumber penularan adalah dari hewan. Namun setelah orang terinfeksi, penyakit ini dapat menular dari orang ke orang melalui darah, liur, lendir, dan berbagai cairan yang dikeluarkan oleh tubuh lainnya.
Di negara-negara di mana ebola telah terjadi, penyakit sering menyebar di antara para tenaga medis yang melakukan kontak dengan pasien tanpa pakaian pelindung atau masker. Pengunaan kembali jarum yang terkontaminasi juga bisa menjadi medium penularan.
Berapa jumlah orang yang terjangkit?
Sudah 1.850 kasus dan lebih dari 1.200 kematian yang dilaporkan sejak ebola ditemukan, berdasarkan catatan WHO.
Apakah ada obatnya?
Tidak. Hingga kini, para peneliti masih meriset soal obat yang tepat.
Pasien ebola dirawat dengan terapi pendukung, yang mencakup pengimbangan cairan tubuh mereka, pengendalian tekanan darah dan kadar oksigen, serta penanganan untuk setiap infeksi yang lebih kompleks.
virus ebola 001
Penampakan virus Ebola melalui mikroskop.

Ini Yang Terjadi Saat Tubuh Terkena Virus Ebola
Tidak bisa dimungkiri, Ebola merupakan jenis virus yang paling ditakuti di dunia. Bagaimana tidak, virus tersebut membawa vonis kematian bagi mereka yang terjangkit. Jika tidak ditangani secara tepat, laju kematian pasien Ebola adalah 90 persen.
Pun jika mendapatkan penanganan medis optimal, jika terlambat didiagnosa, angka mortalitas Ebola masih tinggi, sekitar 60 persen.
Apa yang sebenarnya menyebabkan Ebola begitu berbahaya? Melansir Huffington Post, saat virus Ebola berpindah masuk ke tubuh manusia, dengan segera virus tersebut masuk ke dalam sel tubuh dan menggandakan diri.
CDC worker incinerates med-waste from Ebola patients in Zaire in 1976
“Setelah itu, sel tubuh akan pecah dan mengeluarkan virus-virus baru yang akan menginfeksi sel tubuh lain dan mengacaukan sistem tubuh secara keseluruhan,” tutur Dr. Nahid Bhadelia, M.D, epidemiologis Boston Medical Center, Amerika Serikat.
Lebih lanjut, virus Ebola memproduksi protein yang disebut ebolavirus glycoprotein, yang langsung menempel pada sel dalam pembuluh darah. Protein tersebut akan menipiskan lapisan pembuluh, yang memicu kebocoran darah dalam tubuh.
Virus Ebola menurunkan kemampuan tubuh dalam mengkoagulasi darah dan menyebabkan pendarahan internal. Selain itu, virus Ebola juga melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti yang dilakukan virus HIV yang menyebabkan AIDS.
Bedanya, virus Ebola akan memengaruhi sel darah putih dan membuat sel tersebut tidak bisa memperingatkan tubuh akan bahaya kesehatan yang mengancam, terutama dari hati, ginjal, empedu, dan otak.
Ketika sel darah putih dilemahkan Ebola, tubuh akan memproduksi molekul yang disebut sitokin. Dalam tubuh yang sehat, keberadaan sitokin akan merangsang otak untuk melepaskan sel penangkal penyakit. Namun, dalam kasus Ebola, sitokin yang dilepaskan terlalu berlebihan sehingga menyebabkan gejala mirip flu.
“Itu merupakan gejala awal Ebola,” terang Dr. Nahid Bhadelia, M.D, epidemiologis Boston Medical Center, Amerika Serikat.

Dimulai Dengan Flu Berakhir Dengan Pendarahan
Secara umum, tahap pertama Ebola memang dimulai dengan gejala mirip flu. Namun, virus ini mendapatkan cap mengerikan karena menyebabkan pendarahan yang berujung kematian. Kendati demikian, Bhadelia mengatakan hanya 20 persen pasien Ebola yang mengalami gejala ekstrim tersebut.
Kebanyakan pasien Ebola justru meninggal karena dehidrasi dengan pendarahan minor yang terjadi pada gusi atau memar di beberapa bagian tubuh.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/ee/Sierra_Leone-Mappa.gif
Republik Sierra Leone adalah sebuah negara di Afrika Barat. (wikimedia.org)
Jika Ebola tidak segera ditangani, dari gejala mirip flu, virus akan semakin melemahkan pertahanan tubuh dan membuat pasien mengalami dehidrasi parah dari muntah, diare, dan tekanan darah yang rendah. “Pendarahan hanya akan muncul dalam tahap terakhir serangan Ebola. Pada akhirnya, pasien Ebola akan meninggal karena shock dan kegagalan fungsi multi organ,” tutur Bhadelia.
Lalu, bagaimana pasien Ebola bisa bertahan setelah terinfeksi? Bhadelia menjawab, sistem imunitas yang sehat adalah kuncinya.
“Jika sistem kekebalan tubuh berada dalam kondisi optimal, semua infeksi virus bisa dimentahkan,” terangnya.
Selain itu, kecepatan diagnosa juga menentukan. Semakin cepat penanganan medis diberikan setelah terinfeksi, semakin tinggi angka kelangsungan hidup pasien. Jika Ebola diketahui masih dalam tahap awal, sel penanda yang menjadi gerbang masuk virus tersebut bisa diisolasi dan dimutasis, sehingga virus tidak bisa keluar dari sel tersebut dan menginfeksi sel lain.
Kendati demikian, Bhadelia mengatakan para ilmuwan masih melakukan penelitian secara intensif untuk mencari vaksin penangkal Ebola, selain mencari metoda perawatan medis alternatif untuk menahan penyebaran virus dalam tubuh.

Sierra Leone Tetapkan Status Darurat Ebola
Pemerintah Sierra Leone, pada Kamis (31/7/2014), telah menetapkan keadaan darurat bagi kesehatan publik demi mencegah penyebaran virus ebola. Republik Sierra Leone adalah sebuah negara di Afrika Barat, tepatnya di pesisir Samudra Atlantik.
Negeri ini berbatasan dengan Guinea di sebelah utara, Liberia di tenggara dan Samudra Atlantik di barat daya. Presiden Sierra Leone Ernest Bai Koroma mengatakan, lokasi pusat wabah virus di kawasan timur negaranya akan dikarantina. Dia mengaku telah menginstruksikan aparat keamanan untuk mengetatkan penjagaan.
Sebagai bagian dari langkah pencegahan, dia juga menginstruksikan para pelancong di bandara mencuci tangan mereka dengan obat suci hama. Koroma juga membatalkan kunjungannya ke Washington DC, Amerika Serikat, untuk menghadiri Pertemuan AS-Afrika.
Gambar ini diambil pada 9 April 2005 di Uige, kota berjarak sekitar 300 kilometer dari ibu kota Angola, Luanda. Mereka adalah para petugas kesehatan dengan pakaian khusus, tertutup dari kepala sampai ujung jari, yang mengevakuasi jenazah para korban ebola saat itu. (AFP PHOTO / FLORENCE PANOUSSIAN – via: Kompas.com)
Berdasarkan data PBB, lebih dari 670 orang di kawasan barat Afrika telah meninggal dunia sejak Februari lalu akibat virus ebola. Dari 670 korban, 224 di antara mereka merupakan warga Sierra Leone.
Salah satunya Dr Sheik Umar Khan yang memimpin perlawanan terhadap virus ini. Dia dimakamkan pada Kamis (31/7/2014) ini.
Negara tetangga Sierra Leone, Liberia, juga menempuh langkah drastis. Liberia menghentikan semua kegiatan sepak bola karena sepak bola adalah jenis olahraga di mana pemainnya bersentuhan, kata asosiasi sepak bola.
Bahkan, maskapai penerbangan besar, Asky, menyatakan telah menghentikan semua penerbangan ke ibu kota Liberia dan Sierra Leone karena meningkatnya kekhawatiran terhadap virus tersebut.
Jerman, AS, Prancis sudah melarang warganya pergi ke negara yang terjangkit wabah Ebola. Dan Arab Saudi sudah memblokir visa dari tiga negara Afrika yang terjangkit wabah Ebola, yaitu Sierra Leone, Guinea, dan Liberia.
Peneliti pun memperingatkan dunia, walaupun sangat tipis atau nyaris mustahil, namun tak menutup kemungkinan virus Ebola akan dapat menyebar dan akan meluas, bahkan mendunia menjadi pendemic. Karena kehidupan tiap spesies termasuk virus, akan menemukan jalannya untuk selalu dapat bertahan untuk hidup. "Life will find the way."


Sumber: (Gloria Samantha / Nat Geo News / AFP / The Wire / VOA Indonesia / Live Science, BBC / WHO, History Channel / Reuters/Kompas/Antara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar