Minggu, 07 Desember 2014

Siapa Orang Yang Berada di Balik Wikileaks?


Michel-Chossudovsky-Prof
Aldous Huxley
"Dengan menarik sebuah tuas sederhana yang mengontrol aliran uang, para bankir Dunia dapat membuat atau menghancurkan ekonomi seluruh dunia. Dengan mengontrol siaran pers strategi ekonomi yang membentuk tren nasional, elite kekuasaan tidak hanya dapat memperketat cengkeraman terhadap struktur ekonomi bangsa ini, namun mereka dapat memperluas kontrolnya ke seluruh dunia. Mereka yang memiliki kekuasaan kontrol seperti ini logis menginginkan untuk tetap berada di belakang layar, tidak terlihat oleh orang-orang biasa." (Aldous Huxley)
Wikileaks didukung sebagai sebuah terobosan dalam perjuangan melawan disinformasi media dan kebohongan pemerintah Amerika Serikat.
Tidak diragukan lagi, dokumen yang dirilis merupakan sebuah bank data penting dan berharga.  Dokumen telah digunakan oleh para peneliti kritis sejak awal proyek Wikileaks.  Pengungkapan  Wikileaks sebelumnya telah difokuskan kepada kejahatan perang Amerika Serikat di Afghanistan (Juli 2010) serta masalah yang berkaitan dengan kebebasan sipil dan "militerisasi Tanah Air" (lihat Tom Burghardt, Militarizing the "Homeland" in Response to the Economic and Political Crisis, Global Research, October 11, 2008).
Pada bulan Oktober 2010, WikiLeaks melaporkan telah merilis sekitar 400.000 dokumen-dokumen rahasia perang Irak yang meliput peristiwa antara tahun 2004-2009 (Tom Burghardt, The WikiLeaks Release: U.S. Complicity and Cover-Up of Iraq Torture Exposed, Global Research, 24 Oktober 2010).  Pengungkapan dokumen ini yang dimuat dalam the Wikileaks Iraq War Logs memberikan "bukti lebih lanjut mengenai peran Pentagon dalam penyiksaan sistematis terhadap rakyat Irak yang dilakukan oleh Amerika Serikat pasca didudukannya, rezim Saddam."
Organisasi-organisai Progresif telah memuji upaya-upaya yang dilakukan Wikileaks.  Situs  kami juga  Global Research telah menyediakan liputan yang luas dari proyek Wikileaks ini.
Kebocoran yang digembar-gemborkan sebagai kemenangan yang tidak terhingga terhadap sensor korporasi media.
Akan tetapi ternyata lebih dari sekedar yang dapat dilihat oleh mata.
Bahkan sebelum proyek diluncurkan, media utama/mainstream telah melakukan kontak dengan Wikileaks.
Ada juga laporan dari pertukaran email yang telah diterbitkan Wikileaks, pada awal proyek dalam bulan Januari 2007, menghubungi dan meminta nasihat kepada Freedom House termasuk undangan kepada Freedom House untuk berpartisipasi dalam dewan penasehat Wikileaks.  Freedom House adalah organisasi watchdog  yang berbasis di Washington yang mendukung perluasan  kebebasan di seluruh dunia".
"Kami sedang mencari satu atau dari dua anggota dewan penasehat awal dari FH“ [Freedom House] yang mungkin memberikan saran berikut:
  1. Kebutuhan FH sebagai pengguna dari bocoran-bocoran yang membongkar kejahatan politik dan bisnis.
  2. Kebutuhan akan sumber-sumber bocoran sebagaimana yang dialami oleh FH
  3. Rekomendasikan FH kepada anggota-anggota dewan lainnya.
  4. Saran umum mengenai pendanaan, berkoalisi, pengembangan dan desentralisasi operasi serta kerangka politik. (Wikileaks Leak email exchanges, January 2007).
Wikilekas juga melakukan negosiasi dengan beberapa yayasan perusahaan dengan maksud untuk mengamankan dana. (Wikileaks Leak pertukaran e-mail, Januari 2007).
Yang terpenting dari jaringan keuangan Wikileaks adalah Wau Holland Foundation, Jerman. "Yang terdaftar sebagai sebuah perpustakaan di Australia, terdaftar sebagai yayasan di Perancis, terdaftar sebagai surat kabar di Swedia," kata Mr Assange.  Wikileaks memiliki dua buah organisasi amal bebas pajak di Amerika Serikat, yang dikenal dengan 501C3, yang "bertindak sebagai sebuah front" untuk situs, katanya.  Dia menolak untuk memberikan nama-nama mereka, dengan mengatakan mereka bisa "kehilangan sebagian uang hibah karena sensitivitas politik."
Mr. Assange mengatakan Wikileaks memperoleh kira-kira setengah uangnya dari sumbangan ala kadarnya melalui situs internetnya, dan setengah lainnya dari "kontak pribadi," termasuk " beberapa jutaan dari orang-orang yang mendatanginya (WikiLeaks Keeps Funding Secret, WSJ.com, August 23, 2010)
Pada awal tahun 2007, Wikileaks mengakui bahwa proyek tersebut telah "didanai  oleh para pembangkang Cina, ahli matematika yang mendirikan perusahaan teknologi, dari Amerika Serikat, Taiwan, Eropa, Australia dan Afrika Selatan. [dewan penasehatnya] mencakup perwakilan dari  komunitas pengungsi orang-orang Rusia dan Tibet, menurut laporan seorang mantan analis intelijen dan kriptografer. (Wikileaks Leak pertukaran email, Januari 2007).

Wikileaks merumuskan pesan dalam situsnya sebagai berikut: "[Wikileaks merupakan] versi Wikipedia yang tidak disensor yang mengetengahkan sejumlah besar dokumen yang tidak bisa dilacak mengenai bocoran dan analisisa. Kepentingan utama kami adalah mengungkap rezim penindas di Asia, mantan blok Soviet, Sub-Sahara Afrika dan Timur Tengah.  Tapi kami juga berharap untuk dapat membantu Barat yang ingin mengungkapkan perilaku yang tidak etis dalam pemerintahan dan perusahaan-perusahaan mereka, " (CBC News - Website wants to take whistleblowing online, 11 January 2007).
Pesan ini telah ditegaskan oleh Julian Assange dalam sebuah wawancara dengan the New Yorker dalam bulan Juni 2010:
"Target utama kami adalah rezim yang sangat menindas di Cina, Rusia dan Eurasia Tengah, tapi kami juga berharap untuk membantu mereka di Barat yang ingin mengungkapkan perilaku ilegal atau tidak bermoral pemerintah dan perusahaan-perusahaan mereka sendiri. (Dikutip dari WikiLeaks and Julian Paul Assange : The New Yorker, 7 Juni 2010).
Assange juga mengisyaratkan bahwa dengan "mengekspos rahasia-rahasia tersebut" dapat berpotensi menurunkan kredibilitas banyak pemerintahan yang mengendalikan realitas, termasuk pemerintah Amerika Serikat ."
Sejak awal, fokus geopolitik Wikileaks  adalah terhadap "rezim yang menindas" di Eurasia dan Timur Tengah yang "menarik" untuk elit Amerika, dan tampaknya cocok dengan tujuan kebijakan luar negeri Amerika Serikat.  Selain itu, komposisi dari tim Wikileaks (termasuk para pembangkang Cina), belum lagi metodologi dalam "mengekspos rahasia" pemerintah asing, yang selaras dengan praktek operasi rahasia Amerika Serikat (dan didukung oleh Freedom House) diarahkan untuk memicu "perubahan rezim" serta mendorong" revolusi rakyat "di berbagai bagian Dunia.

Peran Korporasi Media: Peran Sentral the New York Times
Wikileaks bukanlah merupakan media alternatif dengan inisiatif yang khas. The New York Times, Guardian dan Der Spiegel secara langsung terlibat dalam melakukan editing dan penseleksian dokumen bocoran dokumen. The Economist London juga memainkan peran penting.
Sementara proyek dan editornya, Julian Assange mengungkapkan komitmen dan kepeduliannya terhadap kebenaran dalam media, baru-baru ini Wikileaks merilis kawat kawat rahasia kedutaan besar yang telah dengan hati-hati "diedit" terlebih dahulu oleh media utama/mainstream dalam hubungannya dengan pemerintah Amerika Serikat. (Lihat Wawancara dengan David E. Sanger, Fresh Air, PBS, 8 Desember 2010).
Kolaborasi antara Wikileaks dengan media utama/mainstream yang dipilih bukanlah merupakan sebuah kebetulan, akan tetapi hal itu merupakan bagian dari perjanjian antara beberapa surat kabar besar Eropa dan Amerika Serikat dengan editor Wikileaks, Julian Assange.
Pertanyaan pentingnya adalah siapa yang mengontrol dan mengawasi pemilihan, penyebaran serta pengeditan dokumen yang dirilis ke publik secara lebih luas?
Apakah tujuan-tujuan kebijakan luar negeri Amerika Serikat sedang dilakukan melalui proses revisi?
Apakah Wikileaks bagian dari kebangkitan opini publik, dalam perang melawan kebohongan dan rekayasa yang muncul setiap hari di media cetak dan di jaringan TV?
Jika demikian, bagaimana melancarkan perjuangan melawan disinformasi media ini  sambil melakukan partisipasi dan kolaborasi dengan arsitek-arsitek perusahaan disinformasi media?
Wikileaks telah meminta arsitek disinformasi media untuk melawan disinformasi: Prosedur ganjil dan tidak sesuai.
Korporasi media Amerika dan lebih khusus lagi The New York Times merupakan bagian integral dari lembaga ekonomi dengan hubungan ke Wall Street, Washington think tank dan Dewan Hubungan Luar Negeri (CFR).
Selain itu, korporasi media Amerika Serikat telah mengembangkan hubungan yang sudah berlangsung lama dengan aparat intelijen Amerika Serikat, seperti beberapa waktu lalu dalam "Operation Mocking Bird", sebuah inisiatif yang berasal dari Proyek Khusus Kantor CIA (OSP), yang didirikan pada awal tahun 1950-an.
Bahkan sebelum proyek Wikileaks dimulai, media utama/mainstream itu telah terlibat. Sebuah peran ditetapkan dan disepakati untuk korporasi media tidak hanya dalam merilis, akan tetapi juga dalam pemilihan dan pengeditan bocoran berita. Dalam sebuah ironi yang pahit, "profesional media", menggunakan kata-kata Julian Assange dalam sebuah wawancara dengan The Economist, sejak dari awal menjadi mitra dalam proyek Wikileaks.
Selain itu, wartawan kunci dengan mata rantai kepada kebijakan luar negeri Amerika Serikat, lembaga intelijen keamanan nasional telah bekerja sama secara erat dengan Wikileaks dalam mendistribusikan dan penyebaran bocoran dokumen.
Dalam sebuah ironi yang pahit, Wikileaks mitra The New York Times, yang secara konsisten mempromosikan disinformasi media, sekarang sedang dituduh melakukan konspirasi. Untuk apa? Untuk mengungkapkan kebenaran? Atau untuk memanipulasi kebenaran? Dalam kata-kata Senator Joseph L. Lieberman:
"Tentu saya yakin bahwa WikiLleaks telah melanggar Undang-Undang Spionase, tapi bagaimana dengan organisasi berita termasuk The Times, yang menerima dan mendistribusikannya" kata Mr Lieberman, dan ia menambahkan: "Bagi saya, The New York Times telah melakukan sedikitnya sebuah tindakan buruk, apakah mereka telah melakukan kejahatan, saya pikir perlu dilakukan penyelidikan dengan sangat intensif oleh Departemen Kehakiman (WikiLeaks Prosecution Studied by Justice Department - NYTimes.com, 7 December 2010)
Peran yang dilakukan oleh The New York Times untuk melakukan "pengeditan" jelas diakui oleh David E Sanger, Kepala koresponden NYT Washington:
"Kami memeriksa kawat-kawat rahasia dengan berhati-hati untuk mencoba meredaksi materi yang kami pikir bisa merusak individu atau melemahkan operasi yang sedang berlangsung.  Dan bahkan kami mengambil langkah-langkah yang sangat tidak biasa dengan menunjukkan 100 atau lebih kawat rahasia, atau kami menulis  surat kepada pemerintah Amerika Serikat dan meminta saran kepada mereka jika memiliki redaksi tambahan. "(Lihat PBS Interview; The Redacting and Selection of Wikileaks documents by the Corporate Media, PBS interview on "Fresh Air" with Terry Gross: 8 December 2010).
Sanger kemudian mengatakan dalam wawancaranya:
"Ini merupakan tanggungjawab jurnalisme Amerika, kembali kepada pendirian negara ini, untuk menarik diri dan mencoba menghadapi hari dengan isu-isu paling sulit dan melakukannya secara independen dari pemerintah." 
"Lakukan secara independen dari pemerintah" sementara pada saat yang sama "meminta kepada mereka [pemerintah Amerika Serikat] jika mereka memiliki redaksi tambahan untuk direkomendasikan"?
David E. Sanger tidak dapat digambarkan sebagai model  wartawan independen. Dia adalah anggota Dewan Hubungan Luar Negeri (CFR) dan the Aspen Institute's Strategy Group yang sekelompok dengan orang-orang seperti Madeleine K. Albright, Condoleeza Rice, mantan Menteri Pertahanan William Perry, mantan kepala CIA, John Deutch, presiden Bank Dunia,  Robert.  B. Zoellick dan Philip Zelikow, mantan direktur eksekutif Komisi 9 / 11, termasuk juga tokoh-tokoh terkemuka lainnya.  (Lihat juga F. William Engdahl, (Wikileaks: A Big Dangerous US Government Con Job), Global Research, 10 Desember 2010).
Perlu dicatat bahwa beberapa orang wartawan Amerika dan anggota-anggota Dewan Hubungan Luar Negeri telah mewawancarai Wikileaks, termasuk Richard Stengel dari Majalah Time (November 30, 2010) dan dari The New Yorker, Raffi Khatchadurian.  (WikiLeaks and Julian Paul Assange : The New Yorker, June 11, 2007)
Secara historis, The New York Times dalam jangka waktu lama telah melayani kepentingan keluarga Rockefeller. Pada waktu The New York Times dipimpin oleh Arthur Sulzberger Jr, yang juga sebagai anggota Dewan Hubungan Luar Negeri, putra Arthur, Ochs Sulzberger dan cucunya Hays Sulzberger menjabat sebagai Pengelola Yayasan Rockefeller.  Ethan Bronner, editor luar negeri The New York Times serta Thomas Friedman juga anggota Dewan Hubungan Luar Negeri “Membership Roster - Council on Foreign Relations“ (CFR).
Sementara Rockefeller juga memiliki pancang penting sebagai pemegang saham beberapa korporasi media Amerika Serikat.

Kedutaan Besar dan Kawat Rahasia Departemen Luar Negeri
Seharusnya tidak mengejutkan bahwa David E. Sanger dan rekan-rekannya di NYT memusatkan perhatian mereka kepada penyebaran kawat rahasia Wikileaks yang sangat "selektif", dengan memfokuskan pada bidang yang akan mendukung kepentingan kebijakan luar negeri Amerika Serikat: program nuklir Iran, Korea Utara,  Arab Saudi dan Pakistan yang mendukung Al Qaeda, Cina hubungannya dengan Korea Utara, dll. Dokumen-dokumen kawat rahasia yang dirilis kemudian digunakan sebagai sumber bahan artikel dan komentar dalam koran NYT.
Kawat-kawat rahasia Kedutaan Besar dan Departemen Luar Negeri yang dirilis oleh Wikileaks telah diredaksi dan disaring. Mereka menggunakannya untuk tujuan propaganda.  Dokumen-dokumen tersebut bukan merupakan sebuah kesatuan lengkap dan berkesinambungan dari sebuah memorandum.
Dari daftar kawat rahasia yang dipilih, kebocoran dokumen digunakan untuk membenarkan agenda kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Sebuah contoh adalah yang diduga sebagai program senjata nuklir Iran, yang merupakan sasaran sejumlah memo Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, serta dukungan Arab Saudi terhadap terorisme Islam.

Program Nuklir Iran
Bocoran kawat rahasia digunakan untuk memberi masukan dalam melakukan kampanye disinformasi mengenai senjata pemusnah massal Iran. Sementara bocoran kawat rahasia yang digembar-gemborkan sebagai "bukti" bahwa Iran merupakan ancaman, namun tidak disebutkan kebohongan dan rekayasa korporasi media mengenai dugaan program senjata nuklir Iran, juga tidak disebutkan oleh mereka di dalam kawat rahasia yang dibocorkan.
Bocoran yang mereka salurkan ke dalam mata rantai korporat berita, diedit dan disunting oleh the New York Times, tidak dipungkiri lagi melayani kepentingan yang lebih luas dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat, termasuk persiapan perang AS-NATO-Israel yang diarahkan terhadap Iran.
Sehubungan dengan "bocoran intelijen" yang mencakup dugaan program senjata nuklir Iran, David E. Sanger telah memainkan peran penting. Pada bulan November 2005, The New York Times menerbitkan sebuah laporan yang ditulis bersama oleh David E. Sanger dan William J. Broad berjudul "Relying on Computer, U.S. Seeks to Prove Iran's Nuclear Aims".
Artikel ini mengacu kepada dokumen misterius dari komputer laptop Iran yang dicuri,  termasuk "sebuah gambar misil re-entry vehicle*" yang konon bisa menampung senjata nuklir yang diproduksi Iran:
"Pada pertengahan Juli, pejabat senior intelijen Amerika memanggil pemimpin lembaga inspeksi atom internasional ke lantai paling atas gedung pencakar langit yang menghadap ke Danube di Wina, kemudian meyingkapkan isi komputer laptop curian dari Iran.
Orang Amerika mengadakan konferensi dengan menayangkan lebih dari seribuan halaman simulasi dan sejumlah percobaan yang sumbernya berasal dari komputer laptop Iran, mereka menjelaskan dengan menunjukkan upaya-upaya yang dilakukan Iran dalam waktu yang lama untuk merancang sebuah hulu ledak nuklir, demikian menurut setengah lusin orang Eropa dan Amerika peserta rapat.
Walaupun dokumen-dokumen tersebut, sejak dari awal diakui oleh orang Amerika, bahwa Iran tidak terbukti memiliki bom atom.  Meskipun Iran bersikeras bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai, Namun mereka tetap menyajikan dokumen-dokumen tersebut sebagai bukti kuat, bahwa Iran berusaha untuk mengembangkan hulu ledak padat yang dimuat di atas rudal Shahab, yang bisa menjangkau Israel dan negara-negara lain di Timur Tengah. "(William J. Broad dan David E. Sanger Relying on Computer, U.S. Seeks to Prove Iran's Nuclear Aims - New York Times, November 13, 2005).
"Dokumen-dokumen rahasia" ini yang kemudian disampaikan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat ke Badan Energi Atom Internasional IAEA, dengan maksud untuk menunjukkan bahwa Iran melakukan pengembanan program senjata nuklir. Mereka juga menggunakannya sebagai alasan untuk melaksanakan modus sanksi ekonomi yang diarahkan terhadap Iran, yang disetujui oleh Dewan Keamanan PBB.
Sementara keaslian "dokumen-dokumen rahasia" ini dipertanyakan, sebuah artikel yang baru-baru ini ditulis oleh wartawan investigasi Gareth Porter mengkonfirmasi dengan tegas bahwa dokumen laptop yang misterius itu adalah palsu. (Lihat Gareth Porter, (Exclusive Report: Evidence of Iran Nuclear Weapons Program May Be Fraudulent), Global Research, 18 November, 2010).
Gambar-gambar yang dimuat dalam dokumen-dokumen yang dibocorkan oleh William J. Broad dan David E. Sanger tidak menyinggung rudal Shahab, akan tetapi sistem rudal yang sudah usang Korea Utara yang dinonaktifkan oleh Iran pada pertengahan 1990-an. Gambar-gambar yang disajikan oleh pejabat Departmen Luar Negeri Amerika Serikat tergolong ke dalam "Hulu Ledak Rudal yang Salah" : 
Pada bulan Juli 2005, Robert Joseph, Wakil Menlu Amerika Serikat urusan pengawasan senjata dan keamanan internasional, membuat presentasi formal yang diklaim sebagai dokumen-dokumen program senjata nuklir Iran kepada pejabat terkemuka IAEA di Wina. Joseph terinsprasi mengutip dari dokumen-dokumen di layar, memberi perhatian khusus pada rangkaian gambar teknik atau "skema" yang menampilkan 18 cara yang berbeda dalam menyesuaikan sebuah muatan yang tidak dikenal ke dalam kendaraan re-entry atau "hulu ledak" rudal balistik jarak menengah Iran, yaitu Shahab-3. Ketika analis IAEA diizinkan untuk memempelajari dokumen, mereka menemukan bahwa skema-skema tersebut  berdasarkan atas sebuah kendaraan re-entry, si penganalisa mengetahuinya bahwa hal tersebut telah ditinggalkan oleh militer Iran dalam rangka mendukung desain baru yang lebih ditingkatkan. Hulu ledak yang ditampilkan dalam skema berbentuk "topi bodoh" bentuk asli rudal Korea Utara, No Dong, yang Iran telah memperolehnya pada pertengahan tahun 1990-an. Dokumen laptop yang menggambarkan kendaraan re-entry yang salah sedang dirancang ulang. (Gareth Porter).
David E, Sanger, yang rajin bekerja dengan Wikileaks di bawah slogan kebenaran dan transparansi juga berperan dalam "bocoran" the New York Times yang digambarkan oleh Gareth Porter sebagai intelijen palsu.
Sementara isu intelijen palsu ini yang diterima hampir tidak ada liputan media, ia langsung membatalkan pernyataan Washington mengenai dugaan senjata nuklir Iran. Hal ini juga menyangkut masalah legitimasi sanksi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB terhadap Iran.
Selain itu, merupakan sebuah ironi yang pahit, NYT meredaksi ulang secara selektif kawat rahasia kedutaan besar bocoran Wikileaks, yang bermanfaat tidak hanya untuk melayani pengabaian isu sentral dari intelijen palsu, akan tetapi juga untuk memperkuatnya, melalui disinformasi media, Washington mengklaim bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir. Salah satu contoh adalah artikel yang ditulis berama David E. Sanger pada November 2010 yang mengutip kawat rahasia Wikileaks sebagai sumber rujukannya.
"Iran memperoleh 19 rudal dari Korea Utara, menurut kawat  rahasia [Wikileaks] tanggal 24 Februari tahun ini. (WikiLeaks Archive — Iran Armed by North Korea - NYTimes.com), 28 November 2010).
Dikatakan rudal ini memiliki "kemampuan untuk menyerang ibukota-ibukota di Eropa Barat atau dengan mudah mencapai Moskow, dan pejabat Amerika memperingatkan bahwa gerak maju mereka dapat mempercepat pembangunan rudal balistik antar benua Iran."
Wikilekas, Iran dan Dunia Arab
Kawat  rahasia yang dirilis oleh WikiLeaks juga digunakan untuk menciptakan perpecahan antara Iran di satu pihak  dan Arab Saudi beserta negara-negara Teluk di pihak lain.
"Setelah WikiLeaks mengklaim bahwa negara-negara Arab tertentu prihatin tentang program nuklir Iran dan mendesak Amerika Serikat untuk mengambil tindakan [militer] untuk mencegah  Iran, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton mengambil keuntungan dari masalah ini dengan mengatakan bahwa kawat rahasia yang dirilis menunjukkan kekhawatiran Amerika Serikat tentang  program nuklir Iran dan berbagi dengan komunitas internasional."  Tehran Times : WikiLeaks promoting Iranophobia, 5 Desember 2010).
Media Barat telah menggunakan kesempatan ini dengan menambahkan kutipan memorandum Departemen Luar  Negeri yang dirilis oleh Wikleaks, dengan maksud untuk membenarkan bahwa Iran sebagai ancaman bagi keamanan global, serta mendorong perpecahan antara Iran dengan dunia Arab.
“Perang Global Melawan Terorisme”
Kebocoran yang dikutip oleh media Barat mengungkapkan dukungan dari negara-negara Teluk dan Arab Saudi kepada beberapa organisasi teroris Islam, sebuah fakta yang dikenal dan dokumentasinya cukup berlimpah.
Namun apa yang tidak disebutkan dalam laporan tersebut, padahal penting untuk memahami mengenai  "Perang Global Melawan Terorisme", dimana sebenarnya secara historis intelijen Amerika Serikat telah menyalurkan dukungannya kepada organisasi-organisasi teroris melalui Pakistan dan Arab Saudi. (Lihat Chossudovsky Michel, "Perang Melawan Terorisme" Amerika, Global Research, Montreal, 2005). Ini adalah operasi intelijen rahasia yang disponsori Amerika Serikat dengan menggunakan intelijen Saudi dan Pakistan sebagai perantaranya.
Dalam hal ini, penggunaan dokumen Wikleaks oleh media cenderung mempertahankan ilusi bahwa CIA tidak ada hubungannya dengan jaringan teror dan bahwa Arab Saudi dan negara-negara Teluk yang telah "menyediakan bagian terbesar dana" antara lain untuk Al Qaeda,  Taliban, Lashkar-e-Taiba, padahal pembiayaan ini dilakukan melalui penghubung dengan melakukan konsultasi dengan rekan intelijen mereka di Amerika Serikat:
"Informasi ini terungkap dalam seri terakhir dokumen yang dirilis oleh Wikileaks pada hari Minggu. Dalam komunikenya kedutaan besar Amerika Serikat di Arab Saudi dan negara-negara Teluk kepada Departemen Luar Negeri, menjelaskan sebuah keadaan di mana para donor swasta yang kaya, sering secara terbuka dan dengan boros mendukung kelompok yang sama  dimana Arab Saudi mengklaim harus berjuang" ( Wikileaks: Saudis, Gulf States Big Funders of Terror Groups - Defense/Middle East - Israel News - Israel National News).
Demikian pula kaitannya dengan Pakistan
Kawat rahasia yang diperoleh WikiLeaks dan tersedia untuk sejumlah organisasi berita, membuat jelas bahwa di balik kepastian kebohongan publik, terdapat perselisihan mendalam [antara Amerika Serikat dan Pakistan] menyangkut tujuan-tujuan strategis mengenai  isu-isu seperti dukungan Pakistan terhadap Taliban Afghanistan dan menerima Al Qaeda,..." (Wary Dance With Pakistan in Nuclear World, The New York Times December 1, 2010).
Sifat laporan ini berfungsi untuk memberikan legitimasi terhadap serangan pesawat drone Amerika Serikat  terhadap target yang diduga teroris di wilayah Pakistan.
Korporasi Media menggunakan dan meberikan interpretasi terhadap kawat rahasia Wikileaks berfungsi untuk membenarkan dua mitos yang terkait:
  1. Iran memiliki program senjata nuklir dan merupakan ancaman bagi keamanan global.
  2. Arab Saudi dan Pakistan adalah negara sponsor Al Qaeda.  Mereka memberikan dana kepada organisasi teroris Islam yang berniat menyerang Amerika Serikat dan sekutu-sekutu NATO-nya.
CIA dan Korporasi Media
Hubungan CIA dengan media Amerika Serikat cukup banyak didokumentasikan.  The New York Times terus melakukan hubungan dekat tidak hanya dengan intelijen Amerika Serikat, akan tetapi juga dengan Pentagon dan baru-baru ini dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri.
"Operation Mocking Bird" merupakan inisiatif CIA dari Kantor Proyek Khusus (Office of Special Projects - OSP), yang didirikan pada awal tahun 1950-an.  Tujuannya adalah untuk memberikan pengaruh kepada Amerika Serikat serta media asing. Dari tahun 1950-an, anggota media Amerika Serikat  yang secara rutin didaftar oleh CIA.
Hubungan kerja diam-diam CIA dengan media Amerika Serikat dijelaskan dalam artikel Carl Bernstein pada majalah the Rolling Stone tahun 1977 berjudul The CIA and the Media:
"Lebih dari 400 orang wartawan Amerika yang [dengan] diam-diam melakukan tugasnya untuk Central Intelligence Agency, sesuai dokumen pada berkas di markas besar CIA [1950-1977]. Beberapa orang wartawan yang berhubungan dengan CIA melakukannya secara diam-diam. Beberapa orang dengan terang-terangan, para wartawan berbagi notebook mereka dengan CIA. Editor berbagi bersama staf mereka. Beberapa orang wartawan pemenang Hadiah Pulitzer, pada umumnya kurang terpuji, koresponden asing yang merupakan asosiasi CIA membantu pekerjaan mereka. Di antara eksekutif yang mendukung kerjasama dengan CIA adalah Williarn Paley dari Columbia Broadcasting System, Henry Luce dari Tirne Inc, Arthur Hays Sulzberger dari New York Times, Barry Bingham Sr dari LouisviIle Courier Journal, dan James Copley dari  Copley News Service.  Organisasi-organisasi lain yang bekerja sama dengan CIA termasuk American Broadcasting Company, the National Broadcasting Company, Associated Press, United Press International, Reuters, Hearst Newspapers, Scripps Howard, majalah Newsweek, the Mutual Broadcasting System, Miami Herald dan the old Saturday Evening Post serta New York Herald‑Tribune. (The CIA and the Media by Carl Bernstein)
Bernstein menyatakan, dalam hal ini, bahwa "CIA menggunakan media berita Amerika jauh lebih luas daripada Badan-badan resmi lainnya telah diketahui secara umum atau dalam sesi tertutup dengan anggota Kongres.
Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan CIA ke media menjadi semakin kompleks dan canggih.  Kita berhadapan dengan jaringan raksasa propaganda yang melibatkan sejumlah instansi pemerintah.
Media disinformasi telah dilembagakan.  Kebohongan dan rekayasa menjadi semakin terang-terangan jika dibandingkan dengan tahun 1970-an.  Media Amerika Serikat telah menjadi corong kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Disinformasi secara rutin "ditanamkan" oleh agen CIA di ruang berita harian utama, majalah dan saluran TV: "Sejumlah wartawan yang berhubungan baik menyediakannya secara eksklusif, yang diliput oleh beberapa sumber-sumber berita utama/mainstream, dimana parameter perdebatan diatur dan "realitas resmi" didedikasikan untuk mensuplai informasi pamirsa yang berada di strata bawah dalam rangkaian berita "(Chaim Kupferberg, The Propaganda Preparation of 9/11, Global Research, September 19, 2002).
Sejak tahun 2001, media Amerika Serikat telah mengambil peran baru dalam mendukung  "Perang Global Melawan Terorisme" (GWOT) dan membuat kamuflase kejahatan perang yang disponsori Amerika Serikat.  Segera sesudah serangan 9/11, Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld mendirikan the Office of Strategic Influence (OSI), atau "Kantor disinformasi", label yang merupakan kritikan: "Departemen Pertahanan mengatakan mereka perlu melakukan hal ini, dan mereka  benar-benar melakukannya dengan  menanamkan cerita palsu di luar negeri, sebagai upaya untuk mempengaruhi opini publik di seluruh dunia“ (Interview with Steve Adubato, Fox News, 26 December 2002, see also Michel Chossudovsky, War Propaganda, Global Research, January 3, 2003).
Korporasi media dewasa ini adalah alat propaganda perang, yang menimbulkan pertanyaan: mengapa NYT tiba-tiba meningkatkan pemberitaan mengenai transparansi dan kebenaran di media dengan  membantu Wikileaks "menyebarkan isi beritanya", dan bahwa orang-orang di seluruh Dunia tidak akan berhenti walau sesaatpun mempertanyakan mengenai dasar hubungan yang aneh ini.
Di permukaan, tidak membuktikan bahwa Wikileaks merupakan operasi rahasia CIA. Namun, mengingat hubungan korporat media yang terpadu dan terstruktur untuk intelijen Amerika Serikat, belum lagi keterkaitan wartawan secara individu kepada lembaga keamanan militer-nasional, isu PsyOp yang disponsori CIA tentu harus dibenahi.

Bertemunya Wikileaks dan Kelompok Korporasi
Wikileaks dan The Economist juga telah masuk ke dalam hubungan yang tampaknya kontradiktif.  Pendiri dan editor Wikileaks Julian Assange telah diberi The Economist Award New Media pada tahun 2008.
The Economist memiliki hubungan dekat dengan elit keuangan Inggris. Ini adalah sebuah korporasi outlet berita, yang dengan pengaruhnya, mendukung keterlibatan Inggris dalam perang Irak. Menunjukkan dukungannya kepada keluarga Rothschild. Sir Evelyn Robert Adrian de Rothschild adalah ketua The Economist 1972-1989. Istrinya Lynn Forester de Rothschild saat ini duduk pada dewan pengurus The Economist's.  Keluarga Rothschild juga memiliki kepentingan sebagai pemegang saham yang cukup besar di The Economist.
Pertanyaan yang lebih jauh adalah mengapa Julian Assange menerima dukungan dari korporasi berita terkemuka Inggris yang secara konsisten telah terlibat dalam disinformasi media?
Apakah kita tidak berurusan dengan kasus "perbedaan pendapat yang direkayasa", dimana proses dukungan dan pemberian penghargaan terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh Wikileaks, menjadi sebuah cara untuk mengendalikan dan memanipulasi proyek Wikileaks, sementara pada saat yang sama ditanamkan ke media utama/mainstream.
Juga layak untuk menyebutkan huungan penting lainnya. Pengacara Julian Assange, Mark Stephens dari Finers Stephens Innocent (FSI), sebuah firma hukum elit utama London, kebetulan menjadi penasihat hukum Rothschild Waddesdon Trust. Sementara hal ini tidak membuktikan apapun, meskipun demikian tetap harus dilakukan pemeriksaan dalam konteks yang lebih luas terhadap kelompok korporasi yang mendukung Wikileaks: seperti NYT, CFR, The Economist, Time Magazine, Forbes, Finers Stephens Innocent (FSI), dll.

Merekayasa Perbedaan Pendapat
Wikileaks memiliki keistimewaan yang sangat diperlukan dalam proses "rekayasa perbedaan pendapat".  Berusaha untuk mengekspos kebohongan pemerintah. Wikileaks telah merilis informasi penting tentang kejahatan perang Amerika Serikat. Tapi begitu proyek dicetak oleh media berita utama/mainstream, informasi itu digunakan sebagai alat media disinformasi.
"Ini adalah merupakan kepentingan para elite perusahaan untuk menerima perbedaan pendapat dan protes sebagai bentuk dari sistem karena mereka tidak mengancam tatanan sosial yang didirikan. Tujuannya bukan untuk menindas perbedaan pendapat, akan tetapi  sebaliknya, untuk menggagas dan membentuk gerakan protes, untuk menetapkan batas luar dari perbedaan pendapat. Dalam rangka mempertahankan legitimasi mereka, para elit ekonomi mendukung secara terbatas dan mengendalikan bentuk oposisi. Namun agar efektif, proses "perekayasaan perbedaan pendapat " harus diatur dan dipantau secara hati-hati oleh mereka yang menjadi sasaran gerakan protes "(Lihat Michel Chossudovsky," Manufacturing Dissent: the Anti-globalization Movement is Funded by the Corporate Elites, September 2010)
Apakah pemeriksaan proyek Wikileaks ini juga menunjukkan mekanisme propaganda Tata Baru Dunia, terutama terkait dengan agenda militer yang telah semakin canggih.
Dari fakta-fakta tentang kejahatan perang AS-NATO tidak lagi mengandalkan kepada penindasan langsung.  Juga tidak mengharuskan reputasi pejabat pemerintah di tingkat tertinggi, termasuk Menteri Luar Negeri untuk dilindungi.  Politisi Tata Dunia Baru - New World Order dalam pengertian "sekali pakai". Mereka dapat diganti. Apa yang harus dilindungi dan dipertahankan adalah kepentingan elit ekonomi, yang mengendalikan aparat politik dari balik layar.
Dalam kasus Wikileaks, fakta-fakta yang dimuat dalam sebuah bank data; banyak memuat fakta-fakta, terutama yang berkaitan dengan pemerintah asing yang melayani kepentingan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Di sisi lain, faktanya cenderung untuk mendiskreditkan pemerintah Amerika Serikat. Dalam informasi keuangan, data yang dirilis mengenai bank tertentu melalui Wikileaks, adalah merupakan hasil hasutan lembaga keuangan saingannya, yang secara potensial dapat digunakan untuk memicu runtuhnya atau bangkrutnya lembaga keuangan yang ditargetkan.
Semua fakta-fakta Wiki secara selektif dihapus, kemudian data-data yang sudah diseleksi tersebut "dianalisis" dan diinterpretasikan oleh media yang melayani elit ekonomi.
Sementara berbagai potongan informasi yang terkandung dalam bank data Wikileaks dapat diakses, masyarakat biasanya tidak akan mengalami kesulitan untuk merujuk informasi dan mengamatinya melalui bank data Wikileaks. Publik akan membaca informasi yang sudah dipilihkan dan diinterpretasi yang disajikan dalam outlet berita utama.
Sebuah gambaran informasi parsial dan bias disajikan. Versi yang sudah diredaksi ulang diterima oleh opini publik yang mendasarkan kepada apa yang digembar-gemborkan sebagai "sumber informasi yang dapat dipercaya", padahal apa yang disajikan dalam halaman surat kabar utama dan di jaringan TV adalah informasi yang sudah dengan hati-hati dibuat berbelit-belit dan disimpangkan dari kebenaran.
Bentuk perdebatan kritis dan "transparansi" yang terbatas ditolerir, sambil menekankan kepada publik yang luas untuk menerima premis dasar kebijakan luar negeri Amerika Serikat, termasuk "Perang Global Melawan Terorisme". Mengenai segmen besar gerakan anti-perang Amerika Serikat, tampaknya strategi ini telah berhasil: "Kami menentang perang, tetapi kami mendukung 'perang melawan terorisme'".
Apakah ini berarti bahwa kebenaran di media hanya dapat dicapai dengan membongkar alat propagandanya - yaitu dengan melanggar legitimasi perusahaan media yang menopang kepentingan yang luas dari elit ekonomi serta rancangan global militer Amerika.
Pada gilirannya, kita harus memastikan bahwa kampanye melawan Wikileaks di Amerika Serikat, dengan mendasarkan kepada aturan the 1917 Espionage Act, tidak akan digunakan sebagai alat melancarkan kampanye untuk mengontrol internet. Dalam hal ini, kita juga harus berdiri teguh dalam mencegah penuntutan Julian Assange di Amerika Serikat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar