Senin, 08 Desember 2014

Supernova SN1006

http://static.inilah.com/data/berita/foto/1354882.jpg
Sebuah bintang besar pernah tiba-tiba terlihat paling terang pada seribu tahun lalu, antara 30 April hingga 1 Mei tahun 1006,
di bagian 
selatan konstelasi Wolf (Lupus).
Bintang itu pernah tercatat dalam beberapa artifak dan literatur saat menerangi langit malam planet Bumi, di atas wilayah yang sekarang dikenal sebagai Asia Tengah, Afrika Utara dan Eropa.
Manusia yang hidup pada saat itupun terpesona dan mencatat peristiwa tersebut! Beberapa catatan masih ada dan dapat dibaca saat ini.
http://langitselatan.com/wp-content/uploads/2010/08/SN1987A.jpg
Ledakan bintang atau Supernova
Ternyata, ini adalah peristiwa “Ledakan Bintang” atau Supernova yang paling terang (Hypernova) yang pernah dilihat oleh peradaban manusia dalam sejarah yang pernah tercatat.
Astronom Cina dari era yang sama, menggambarkan bagaimana cahaya supernova itu cukup untuk menerangi obyek-obyek di lapangan.
Sedangkan beberapa biarawan dari biara Benediktin di Swiss mengagumi kecerahan bintang itu, dan mengomentari variabilitas cahayanya;
“Kadang-kadang melemah, kadang-kadang terang sekali, dan kadang-kadang padam.”

Mungkin karena kondisi atmosfer pada saat itu dan karena bintang itu juga terlihat cukup rendah, berada di cakrawala selatan.
https://img.okezone.com/content/2012/11/20/56/720636/0H4OBkjYcX.jpg
Petroglyph (batu ukiran) yang dibuat oleh suku asli Amerika yang ditemukan di Arizona, menunjukkan peristiwa 
supernova pada tahun 1006 itu.
Dan pada tahun 2006 lalu, dua astronom Amerika berspekulasi bahwa petroglyph (batu ukiran) yang dibuat oleh suku asli Amerika yang ditemukan di Arizona, menunjukkan peristiwa supernova pada tahun 1006 itu.
Pada ukiran tersebut menunjukkan obyek yang menyerupai bintang melayang di atas simbol kalajengking. Meskipun beberapa archaeolog-astronomers terkemuka sangat skeptis terhadap klaim ini.
Sementara itu, seorang dokter Mesir/Arab dan astronom Ali bin Ridwan di tahun 1006 juga mencatat bahwa “langit bersinar” oleh cahaya dari sebuah bintang, menambahkan;
“Intensitas cahayanya sedikit lebih dari seperempat cahaya bulan.”
Dia juga membandingkan kecerahan bintang ini adalah tiga kali lebih besar dari planet Venus. Artinya, dengan magnitudo tampak sebesar −7,5 , terangnya ledakan bintang itu lebih terang dari planet Venus, bahkan oleh cahaya bulan sabit.
supernova brights tabel
Tabel perbandingan kecerahan cahaya supernova dengan bulan, 
planet dan bintang lainnya
Namun jauh lebih terang bulan purnama. Jadi walau jauh, ledakan bintang ini sangat terlihat oleh mata telanjang dan pastinya, sangat menakjubkan.
Pada masa kini, bintang itu dikenal sebagai sisa Supernova SN 1006, awan puing itu kini tampak meluas sekitar 60 tahun cahaya dari titik ledakannya pada masa lalu, dan kini dipahami oleh astronomer bahwa ledakannya mewakili sisa-sisa dari bintang kerdil putih.
Merupakan bagian dari sistem bintang biner, dimana bintang kerdil putih padat secara perlahan-lahan mengambil materi dari bintang pendampingnya.
Penumpukan massa akhirnya memicu ledakan termonuklir yang menghancurkan bintang kerdil tersebut. Karena jarak Bumi ke sisa supernova SN1006 adalah sekitar 7.200 tahun cahaya, maka ledakan bintang tersebut sebenarnya terjadi pada 7.200 tahun yang lalu, sebelum cahayanya mencapai Bumi pada tahun 1006.
Sentakan gelombang pada sisa-sisa ledakan mempercepat partikel kepada energi ekstrim dan diperkirakan menjadi sumber dari sinar kosmik misterius.
Para astronom saat ini mengetahui bahwa pada puncaknya, yaitu pada musim semi tahun 1006 lalu, orang mungkin bisa membaca naskah di tengah malam dengan cahaya hasil ledakannya.
http://www.psrd.hawaii.edu/WebImg/supernova_remnant_SN1006.jpg
Supernova SN 1006
Pada masa kini, inilah sisa ledakan bintang itu, dikenal sebagai Supernova SN 1006, awan puing itu kini tampak menjalar dan meluas sekitar 60 tahun cahaya dari titik ledakannya dimasa lalu. (NASA).

http://www.eso.org/public/archives/images/screen/eso1308a.jpg
Sebuah pita gas yang sangat tipis dari “sisa supernova” yang disebabkan oleh ledakan bintang yang terjadi lebih dari 1.000 tahun lalu
 mengapung di galaksi kita.
http://chandra.harvard.edu/photo/2008/sn1006c/sn1006c_optical.jpg
Sebuah pita gas yang sangat tipis dari “sisa supernova” yang disebabkan oleh ledakan bintang yang terjadi lebih dari 
1.000 tahun lalu, mengapung di galaksi kita.
http://www.spacetelescope.org/static/archives/images/screen/opo0822c.jpg
Pita gas sisa Supernova SN 1006

Runtuhnya Kerajaan Medang
Jika bangsa-bangsa lain di dunia mengetahui dan melihat peristiwa supernova ini di langit malam mereka, bagaimana dengan bangsa kita? Sempatkah bangsa kita dahulu mencatat peristiwa ini? Mungkinkah ada prasasti yang menunggu untuk ditemukan yang mencatat cahaya bintang cemerlang di langit malam tahun 1006 Masehi tersebut?
http://imgsrc.hubblesite.org/hu/db/images/hs-2008-22-a-web_print.jpg
Sebuah pita gas yang sangat tipis dari “sisa supernova” yang 
disebabkan  oleh ledakan bintang yang terjadi lebih dari 
1.000 tahun lalu.
Memang problem terbesar bagi kita untuk meneliti sejarah bangsa adalah kurangnya catatan-catatan yang kita peroleh dari nenek moyang kita dahulu, tidak seperti bangsa China yang sampai saat ini catatan-catatan nenek moyang mereka masih banyak yang tersimpan dengan baik hingga masa sebelum masehi.
Bukan berarti nenek moyang kita malas mencatat, tapi lebih karena daerah kita yang rawan terhadap bencana alam seperti letusan gunung berapi dan gempa bumi.
Bencana-bencana inilah yang mungkin memusnahkan sebagian catatan-catatan nenek moyang kita, terutama yang dicatat pada daun lontar dan kayu. Hanya yang tercatat pada batulah yang kemungkinan besar masih dapat kita temukan.
Menariknya pada abad 10 dan awal abad 11 lalu saat supernova ini terlihat dari Bumi, sejarah bangsa Indonesia yang diketahui saat itu adalah terjadinya perseteruan dua kerajaan besar, yaitu Sriwijaya (Sumatera) dan kerajaan Medang (Jawa) atau yang lebih dikenal dengan kerajaan Mataram Kuno/Hindu.
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/28/Medang_Kingdom_id.svg/601px-Medang_Kingdom_id.svg.png
Kerajaan Medang pada Periode Jawa Tengah dan Jawa Timur
Waktu itu Medang menjadi kerajaan yang cukup kuat, bahkan sebelumnya mengadakan penaklukan ke Bali, mendirikan koloni di Kalimantan Barat, serta mengadakan serangan ke Sriwijaya. Lebih menarik lagi, dalam perseteruan Sriwijaya dan Medang di tahun 1006 ini ada istilah Maha Pralaya atau Pralaya yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan para ahli sejarah bangsa ini.

Mahapralaya adalah peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur berdasarkan berita dalam prasasti Pucangan yang merupakan sebuah prasasti berbahasa Sanskerta dan Jawa Kuna (Kuno).
Juga merupakan prasasti peninggalan zaman pemerintahan Airlangga, yang menjelaskan tentang beberapa peristiwa serta silsilah keluarga raja secara berurutan.
Prasasti Pucangan ini disebut juga dengan Calcutta Stone, karena sekarang prasasti ini disimpan di Museum India di Kolkata (Calcutta), India. Sayangnya, kami tak berhasil mendapatkan wujud gambar dari prasasti tersebut.
Prasasti Pucangan terdiri dari dua prasasti berbeda yang dipahat pada sebuah batu, di sisi depan menggunakan bahasa Jawa Kuna dan di sisi belakang menggunakan bahasa Sanskerta, namun kedua prasasti tersebut ditulis dalam aksara Kawi (Jawa Kuna). Prasasti ini berbentuk blok berpuncak runcing serta pada bagian alas prasasti berbentuk bunga teratai.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfM8FCpxRycsINeKDMzvEY0dRyq57cyF6j3i7uWPQIO02-Z_NaP91Jffwmkpo6m3ieqkaTGsl9EfpWywVOTLP3lftN8KBdvdzrrH46wBdNT2dLguaRljklQsxwjp8vt00pJcIM0L0z9fI/s1600/10066.jpg
Prasasti Pucangan
Penamaan prasasti Pucangan ini, berdasarkan kata Pucangan yang ditemukan pada prasasti tersebut, pada prasasti ini menceritakan adanya suatu perintah untuk membangun suatu tempat pertapaan di Pucangan, yaitu nama sebuah tempat dahulunya di sekitar gunung Penanggungan, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Prasasti ini ditemukan pada masa Raffles menjadi Gubernur pemerintahan kolonial Inggris di Batavia, dan kemudian mengirimkannya ke Gubernur Jendral Lord Minto di Calcutta.

Berikut aksara pada prasasti Pucangan:
  1. //svasti//tribhirapigunaairupetonŗņaāvvidhānesthitautathā- pralayeaguņaitiyaħprasiddhastasmaidhāthrenamassatatam
  2. agaņivikramaguruņāpraņamyamānassurādhipenasadãpiyastrivi kramaitiprathitolokenamastasmai.
Alih Bahasa:
  1. Selamat! Hormat selalu baginya, yang diberkati dengan ketiga guna ketika takdir para manusia telah ditetapkan, hingga ketika kehancuran telah diatur, demikian bagi Pencipta tidak memiliki guna.
  2. Hormat baginya, demikianlah triwikrama yang dikenal dunia oleh langkah yang besar tanpa perhitungan, juga selalu hormat oleh pikiran raja para dewa.
Tahun terjadinya peristiwa tersebut tidak dapat dibaca dengan jelas sehingga muncul dua versi pendapat. Sebagian sejarawan menyebut Kerajaan Medang runtuh pada tahun 1006, sedangkan yang lainnya menyebut tahun 1016. Artinya, tak lama setelah terlihatnya Supernova 1006 yang sangat terang sepanjang sejarah peradaban manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar