Jumat, 21 November 2014

Ilmuwan: Kiamat Terjadi 26-27 Juta Tahun Sekali

“Para peneliti kini 99 persen yakin bahwa peristiwa kehancuran massal di Bumi terjadi secara reguler, seteratur jarum jam berputar.”

London, U.K. – Begitulah temuan para ilmuwan dari Universitas Kansas dan Smithsonian Institute di Amerika Serikat setelah mereka memetakan semua armagedon sejak 600 juta tahun yang lalu.
Astrofisikawan dari Universitas Kansas, Dr. Adrian Melott, dan palaeontologis dari Smithsonian Institute, Dr. Richard Bambach, mengungkapkan dalam kurun waktu itu kiamat di Bumi terjadi setidaknya tiap 26-27 juta tahun sekali.
“Setidaknya, dalam kurun 500 juta tahun terakhir, telah terjadi ledakan yang menyebabkan kepunahan setiap sekitar 27 juta tahun,” ujar Richard Bambach, seorang paleontologis dari Smithsonian Institute, yang didampingi rekannya, Adrian Melott, seorang astrofisikawan dari University of Kansas, seperti diberitakan melalui Telegraph.
Dan penyebab kiamat mendatang, menurut para peneliti itu, ternyata bukanlah pemanasan global. Lalu apa?
Asteroid hits the Earth
Periodik kepunahan massal telah diungkapkan sebelumnya, dan mereka mengatakan jika saat itu Matahari terlihat sangat besar, Planet kita selalu melintasi hujan komet tiap 27 juta tahun, dan ternyata sangatlah jarang Bumi berhasil lolos dengan selamat. (The Killer Asteroid video)
Selama 20 kali melewati cobaan maut itu, Bumi hanya berhasil lolos dari lubang jarum dan mempertahankan sebagian besar organisma biologis yang hidup di atasnya, sebanyak enam kali saja.
Yang paling terkenal adalah bencana dahsyat 65 juta tahun lalu, saat asteroid selebar 15 kilometer menghantam Bumi, di titik yang sekarang merupakan wilayah Meksiko, dengan kekuatan miliaran kali bom atom dan lalu menyapu habis Dinosaurus dari muka Bumi.
Lebih celaka lagi, periode putaran kiamat ini tak akurat betul. Terkadang, asteroid-asteroid menghantam semua makhluk hidup di muka bumi, 10 juta tahun lebih cepat dari yang semestinya.
Tapi, janganlah buru-buru panik. Masih ada kabar baik. Pasalnya,  keteraturan skala waktu kepunahan yang dipaparkan kedua ilmuwan ini dianggap berlebihan. Ini menyangkut Nemesis, bintang kembar gelap dari matahari. Selama ini, Nemesis selalu dituding jadi biang keladi.
Teori umumnya begini: tiap 27 juta tahun sekali, Nemesis melintasi sabuk raksasa debu dan es yang disebut awan Oort, dan gara-gara itu lalu melontarkan komet-komet ke Bumi.
Sekarang, para ilmuwan mengatakan: karena skenario kiamat terjadi secara begitu reguler, Nemesis tidaklah mungkin jadi penyebab utama karena orbitnya akan mengalami perubahan dalam kurun waktu sebegitu lama.
Grafik kepunahan massal yang terjadi di Bumi selama ratusan juta tahun. Data diambil dari contoh 
tanah yang di bor dengan kedalaman ratusan meter dan terlihat lapisan-lapisan abu dan 
sejenisnya yang menutupi Bumi dalam kurun 
waktu tiap 26-27 juta tahun. (source:sott.net)
Tapi, ini bukan berarti bahwa Nemesis yang terletak sekitar satu tahun cahaya dari matahari tidak akan lagi menyemburkan komet-komet awan Oort-nya ke seantero galaksi kita. Sekarang ini, komet-komet itu sedang menghajar planet-planet lain di luar Bumi.
Jadi, karena armagedon terakhir terjadi 11 juta tahun lalu, maka berdasarkan teori ini, Bumi baru akan kiamat pada tahun 16.002.010 (lebih dari 16 juta tahun lagi) bukan dua tahun mendatang seperti yang difilmkan Roland Emmerich di “2012.”
Namun, para ilmuwan mengatakan jika hal itu bukanlah hal yang harus dikhawatirkan saat ini, apalagi disikapi dengan kepanikan. Pasalnya, kepunahan massal yang terjadi sebelumnya telah berlangsung 10 juta tahun lalu sehingga masih banyak waktu untuk mengantisipasi hal tersebut terjadi lagi. (sm/ar/ok/vs/icc.wp.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar