Bahayanya BitCoin:
“Mata Uang Digital” Yang Berusaha Mengontrol Ekonomi Dunia |
Hadirnya Bitcoin, mata uang digital yang cukup fluktuatif, membuat jenis mata uang ini menjadi trend serta pilihan baru bagi transaksi di dunia internet, Satoshi Nakamoto dikenal sebagai pencipta Bitcoin.
Berawal pada 3 Januari 2009 lalu, Satoshi
Nakamoto meluncurkan 31.000 baris kode pemrograman dan mengumumkan
lewat internet mata uang buatannya yang disebut Bitcoin.
Kehadiran awal Bitcoin juga ditandai oleh
50 Bitcoin pertama di dunia yang dihasilkan melalui sistem tersebut,
yang kemudian hari dikenal dengan sebutan “Genesis Block”. Adalah Nakamoto sendiri yang menambang “Genesis Block” itu, pada 3 Januari 2009 lalu.
Bitcoin tidak berbentuk koin, uang kertas, perak, apalagi emas. Ia tidak terlihat secara riil. Ia hanya mata uang digital.
The Genesis Block Raw (newsbtc).com |
Mata uang yang sepenuhnya dikendalikan
oleh perangkat lunak. Setiap sepuluh menit atau lebih, Bitcoin akan
didistribusikan pada mereka yang melakukan “penambangan”.
Awalnya, Bitcoin populer di kalangan
kriptografer, yaitu mereka yang berkecimpung dalam penelitian penyandian
(kriptografi). Tak heran, kriptografi adalah pondasi tempat Bitcoin
berdiri.
Di masa awalnya, Nakamoto pun aktif di
komunitas kriptografer. Ia dilaporkan cukup rajin membalas postingan di
berbagai forum kriptografi.
Nakamoto sempat bersuara cukup keras, saat Wikileaks
hendak memanfaatkan Bitcoin untuk menerima sumbangan. Ketika itu,
Nakamoto memprotes rencana itu. Menurutnya Bitcoin belum siap untuk
perhatian sebesar itu.
Satoshi Nakamoto meluncurkan 31.000 baris kode pemrograman dan mengumumka lewat internet mata uang buatannya yang disebut Bitcoin. |
“Proyek ini butuh tumbuh perlahan agar peranti lunaknya bisa diperkuat sambil jalan. Saya mengajukan pada Wikileaks,
tolong jangan gunakan bitcoin. Bitcoin adalah komunitas beta yang masih
balita. Anda tak akan mendapatkan (donasi melalui bitcoin) lebih dari
recehan saja, tapi dampak yang Anda bawa bisa menghancurkan kami,” tulis
Nakamoto pada 5 Desember 2010.
Namun seiring waktu, mata uang digital
milik Nakamoto itu makin banyak dilirik untuk transaksi digital.
Popularitasnya perlahan menanjak hingga menarik perhatian kalangan yang
lebih luas.
Nilai Bitcoin pun meningkat. Pada saat
pertama kali diluncurkan, satu Bitcoin hanya bernilai kurang dari 1
dollar AS. Tapi pada pertengahan Desember 2013, satu Bitcoin berada pada
kisaran 710 dollar AS.
Di balik kisah sukses mata uang digital
ini, Nakamoto yang dikenal sebagai pencipta Bitcoin, ternyata memilih
meninggalkan Bitcoin. Pada 12 Desember 2010, sekitar tujuh hari setelah
menyampaikan pendapatnya ke Wikileaks, Nakamoto menuliskan pesan
terakhir di forum.
Tentunya, ketika itu tak ada yang mengira
hal itu jadi postingan terakhir Nakamoto. Ia masih cukup rutin, walau
semakin jarang, membalas email penggiat Bitcoin.
Ketika itu, pimpinan pengembangan Bitcoin
dipegang oleh Gavin Andresen. pengembang yang satu ini awalnya terkenal
dengan situs Bitcoin Faucet (keran bitcoin) yang bertujuan
membagi-bagikan 10.000 bitcoin secara gratis.
Andresen menjadi satu-satunya yang masih
bisa berkomunikasi via email dengan Satoshi Nakamoto. Pada 26 April
2011, Andresen menyampaikan pesan dari sang pendiri.
“Pagi ini Satoshi menyarankan bahwa saya,
dan kita (komunitas bitcoin), harus mulai untuk tidak membesar-besarkan
soal keberadaan ‘pendiri yang misterius’ saat berbicara ke publik
mengenai bitcoin,” tulis Andresen.
Pada April 2011, kepada rekan-rekannya, Nakamoto pun mengirim pesan bahwa ia “telah pindah mengerjakan hal-hal lain”.
Sejak saat itu, nama Nakamoto menghilang
dan tidak terlacak. Upaya untuk menghubunginya yang dilakukan oleh para
penggiat Bitcoin pun tak menuai hasil.
Sempat
muncul spekulasi bahwa Satoshi sebenarnya adalah peneliti kriptografi
terkemuka. Beberapa nama pun sempat “dicalonkan” sebagai identitas asli
pria itu, namun tak ada satupun yang mengaku.
Diduga, karena Bahasa Inggris-nya yang
sangat baik, Satoshi bahkan bukan berasal dari Jepang. Bahkan, ia
disebut bukan hanya satu orang.
Salah satu teori yang cukup banyak
diterima adalah bahwa Satoshi Nakamoto sebenarnya mewakili sebuah tim.
Bitcoin disebut memiliki rancangan yang sangat baik sehingga tampaknya
tak mungkin dibuat oleh satu orang saja.
Siapakah Satoshi Nakamoto sebenarnya?
Tampaknya, hal itu jadi pertanyaan yang tak perlu diburu jawabannya. Hal
yang lebih penting adalah melihat hasil karyanya, dan bagaimana hal itu
bisa berpengaruh pada masyarakat saat ini.
Ada yang pernah menyebutkan, bahwa
Satoshi Nakamoto hanyalah nama samaran yang diambil dari nama perusahaan
teknologi Samsung, Toshiba, Nakamichi dan Motorola.
Namun dibalik ini semua, pasti ada
sesuatu yang telah direncanakan oleh para elite dunia, mengingat
keberadaan BitCoin, mata uang digital yang banyak ditentang di beberapa
negara, justru didukung oleh “mereka”.
Apakah sosok Satoshi Nakamoto benar-benar ada? Apakah Satoshi Nakamoto seorang programmer suruhan para elit dibelakang layar?
Semuanya menjadi tak wajar, aneh dan
misterius, mengingat sosok penemu BitCoin ini tak terekspos bahkan
sebelum temuannya dikenal dunia. Konspirasi keberadaan BitCoin untuk
mengacau perekonomian dunia pun makin tercium, ada apa dibalik ini
semua?
Namun yang jelas, keberadaan mata uang
digital BitCoin, adalah sebagai “saingan” terhadap mata uang
konvensional masa kini yang lebih susah untuk “diatur oleh mereka”.
Kemudian untuk lebih mudahnya, maka
mereka merancang dan membuat mata uang digital “tak tampak” ini, agar
jauh lebih mudah diatur. BitCoin layaknya mata uang New World Order, mata uang digital internasional lintas negara dalam Satu Komando, BitCoin.
Jika mereka dapat berhasil mengatur cash flow
atau aliran keuangan di seluruh dunia melalui BitCoin, berarti mereka
dapat mengatur ekonomi dunia dengan mudahnya. Dengan begitu, maka mereka
dapat “mentakdirkan” negara mana yang akan dikayakan, negara mana yang
akan dimiskinkan, orang mana yang akan diuntungkan dan orang mana yang
akan dimiskinkan, semuanya bisa diatur dari jauh.
Seperti yang dikutip dari newyorker[dot]com, mata uang digital yang hadir pada Januari 2009 lalu itu, memiliki sistem yang jauh berbeda dari uang konvensional.
Bitcoin bisa dianalogikan dengan tambang emas (atau mineral berharga lainnya). Para penambang adalah mereka yang mendedikasikan sumber daya komputer untuk memecahkan persoalan matematika melalui perhitungan yang “berat”.
Bitcoin tidak berbentuk koin, uang kertas, perak, apalagi emas. Ia tidak terlihat secara riil. Ia hanya mata uang digital. |
Penambang yang dimaksud pada awalnya
mungkin hanya seseorang dengan komputer rumahan. Namun saat ini, di awal
2014, proses penambangan bitcoin dilakukan melalui perangkat yang
dirancang khusus dan dilakukan secara kolektif (disebut node).
Setiap 10 menit, sistem bitcoin akan menganugerahkan sejumlah unit bitcoin (25, misalnya) pada salah satu node penambang ini.
Jumlah yang ditambang per 10 menit akan
turun seiring waktu, hingga habis pada lebih kurang tahun 2140 dengan
jumlah total bitcoin yang bisa ditambang sebanyak 21 juta unit.
Bitcoin saat ini sedang menjadi perhatian
karena dengan segenap kelebihannya yang terdesentralisasi dan tanpa
ikatan dalam sistem transaksi dan kepemilikan.
Bitcoin yang dihasilkan berfungsi
layaknya mata uang konvensional dan diterima sebagai produk pembayaran
untuk beragam transaksi online. Akankah Bitcoin menjadi mata uang masa
depan? Tetapi di sisi lain, hal ini justru menuai beragam sisi gelap
mata uang digital itu.
Sisi Gelap Uang Digital Bitcoin
Konsep yang ditanamkan oleh sang penemu,
Satoshi Nakamoto, bahwa Bitcoin menawarkan kepemilikan utuh tanpa
perlunya ikatan dengan pihak ketiga baik dari swasta dan pemerintah,
menjadi daya tarik tersendiri bagi penggunanya.
Tapi seiring berjalannya waktu, justru hal ini disadari sebagai kelemahan mata uang yang ditemukan pada 2009 ini.
Berikut beberapa sisi gelas uang BitCoin:
1. Sebagai ‘pencucian uang’ hasil korupsi, kriminal dan menghindari pajak
Menurut artikel di Business Insider,
Bitcoin menjadi sangat berguna bagi para pelaku kejahatan yang ingin
menyembunyikan uang hasil kejahatannya. Karena jika mereka menyimpan
uang di bank, uang hasil kejahatannya dapat dengan mudah terlacak.
Bitcoin juga dapat disalahgunakan oleh
orang-orang yang ingin menyembunyikan pendapatannya dari pemerintah, dan
menghindari kewajiban membayar pajak. Lantas, pendapatan negara dari
pajak itu akan hilang karena uang yang tidak terlacak.
2. Mudah dicuri
Tidak hanya pada tindakan kriminal
semata, kekurangan Bitcoin paling mendasar juga terjadi karena bentuknya
yang tidak riil. Meskipun bentuknya tidak riil, bukan berarti Bitcoin
bebas dari pencurian.
Salah satu contoh pencurian dialami oleh Sheep Marketplace,
sebuah situs web ilegal jual beli obat terlarang, yang kehilangan 220
dollar AS dalam Bitcoin akibat ulah para peretas sistem komputer.
3. Ketidakstabilan Nilai
Belum lagi ketidakstabilan nilai mata
uang Bitcoin jika dikonversi ke mata uang konvensional lainnya yang
sangat fluktuatif. Hari ini, boleh jadi pemilik bisa sangat kaya dengan
memiliki Bitcoin senilai 1.000 dollar AS. Namun, siapa yang tahu jika
dikemudian hari, nilai uang tersebut hanya tersisa 50 dollar AS?
4. Mudah Lenyap
Business Insider mencatat
beberapa peristiwa kecil yang menyebabkan kerugian besar bagi para
pemilik Bitcoin. Seorang pria pernah kehilangan sekitar 600 dollar AS
karena melakukan reset pada ponsel pintarnya dan ternyata, ia tak
sengaja secara permanen menghapus dompet digital Bitcoin.
Contoh lainnya, seorang pria juga pernah
kehilangan sekitar 90.000 dollar AS saat akan bertransaksi dan malah
memilih tombol hapus.
Sejumlah platform online memang sedang menguji pembayaran dengan mata uang Bitcoin. |
Antara lain WordPress, Reddit, Namecheap, Mega, dan Zynga. Namun, sejumlah negara malah melarang transaksi dengan Bitcoin.
Pemerintah China, contohnya, melarang semua lembaga keuangan menerima transaksi Bitcoin.
Sementara Uni Eropa menilai Bitcoin lebih
mudah dicuri. Dari sisi investasi juga buruk karena nilai mata uang
hanya ditentukan berdasarkan permintaan pasar serta memiliki tingkat
fluktuasi tinggi.
Bank sentral Malaysia memperingatkan
masyarakat dalam memanfaatkan mata uang digital Bitcoin, yang belakangan
ini sedang ramai diperbincangkan di dunia maya.
“Bitcoin tidak diakui sebagai alat pembayaran yang sah di Malaysia,” tulis bank sentral Malaysia dalam sebuah pernyataan.
“Bank sentral tidak mengatur operasi dari Bitcoin. Oleh karena itu, publik disarankan berhati-hati dari risiko yang terkait dengan penggunaan mata uang digital tersebut.”
Colbert Lau, pendiri Bitcoin Malaysia, mengaku tidak terlalu khawatir dengan penyataan bank sentral Malaysia.
“Ini mirip dengan sikap yang diambil Otoritas Moneter Singapura sebelumnya. Sementara Bank Thailand memiliki larangan langsung. Bank Negara Malaysia (BNM) tidak melarang penggunaan atau mengatakan bahwa Bitcoin ilegal,” kata Lau seperti dikutip dari The Guardian.
Bank sentral Singapura memutuskan tidak
mengintervensi bisnis yang memilih menggunakan mata uang virtual Bitcoin
sebagai alat pembayaran.
Menurut
Lau, pemain Bitcoin besar di Amerika Serikat dan Eropa tetap melakukan
gerak cepat untuk pasar Asia dalam beberapa bulan ke depan dan bersiap
mendirikan cabang.
Sebelum, pada Desember 2013, bank sentral
China mengatakan Bitcoin “tidak memiliki arti nyata” dan tidak memiliki
perlindungan hukum. Peringatan pemerintah China diikuti dengan larangan
proses transaksi menggunakan Bitcoin oleh pihak ketiga dan lembaga
keuangan.
Pengumuman yang dilontarkan bank sentral
China sempat membuat nilai Bitcoin anjlok. Namun, masyarakat China masih
dibebaskan memanfaatkan Bitcoin dengan risiko yang ditanggung sendiri.
Sejumlah platform online memang sedang
menguji pembayaran dengan mata uang Bitcoin, antara lain WordPress,
Reddit, Namecheap, Mega, dan Zynga. Namun, sejumlah negara malah
melarang transaksi dengan Bitcoin.
Uni Eropa menilai Bitcoin lebih mudah
curi. Dari sisi investasi juga buruk karena nilai mata uang hanya
dintentukan berdasarkan permintaan pasar serta memiliki tingkat
fluktuasi tinggi.
Lakukan Pencucian Uang, Petinggi BitCoin Di Kurung
Dua eksekutif di balik mata uang virtual
termahal di dunia Bitcoin baru saja diciduk oleh pihak kepolisian
Florida. Keduanya dianggap berperan dalam memfasilitasi tindak pencucian
uang menggunakan Bitcoin.
Seperti yang dilansir oleh ABC News
(27/1/14 ) lalu, keduanya diduga terlibat dalam konspirasi untuk
melakukan pencucian uang hasil kegiatan haram terutama jual beli narkoba
lewat situs Silk Road.
Silk Road sendiri adalah platform yang mempertemukan penjual dan pembeli untuk transaksi narkoba, senjata, prostitusi dan sebagainya.
Diperkirakan berkat bantuan dua eksekutif
tersebut Amerika Serikat mengalami kerugian hingga USD 1 juta. Tindak
pencucian uang ini sendiri terjadi sejak Desember 2011 hingga Oktober
2012.
“Model bisnis mereka benar-benar inovatif
dengan tidak harus melanggar hukum dengan cara lawas, dan mereka
menggunakan Bitcoin untuk mendanai tindakan kriminal ini, maka dari itu
penegak hukum harus bertindak,” kata Jaksa Preet Bharara.
Sementara itu, kuasa hukum salah satu
tersangka menyatakan bahwa tidak hanya kliennya saja yang harusnya
ditangkap. Dalam sebuah video, tersangka disebut pernah menyatakan bahwa
banyak pihak terlibat dalam pencucian uang menggunakan Bitcoin
tersebut.
Sebelumnya, ketakutan Bitcoin akan jadi
alat transaksi barang ilegal memang sudah dimunculkan. Karena tidak
adanya pengawasan lewat bank, Bitcoin bisa dengan mudah didapat siapa
saja dan lolos dari kejaran audit keuangan. (Newyorker/ The Guardian/ Business Insider/ bitcoin.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar