Sejarah masa silam masih terlalu kabur
bagi kita. Sejarah hidup nenek moyang yang sebenarnya masih sulit untuk
kita gambarkan, dan benda-benda yang mereka tinggalkan masih sangat
sulit untuk kita tafsirkan maknanya.
Apa maksud sebenarnya dari pembangunan situs-situs purbakala seperti Baalbeck dan Tiahuanaco (Tiwanaku)?
Apa tujuan mereka membuat bentuk-bentuk rumit dari gambaran-gambaran luas yang luar biasa di tanah tandus Nazca?
Dan makhluk apakah yang mereka gambarkan sebagai sosok aneh berhelm di dalam gua-gua itu?
Ya, berbicara mengenai prasejarah memang
akan lebih banyak menemukan pertanyaan daripada jawaban. Jika kita gemar
mengamati dan melakukan studi terhadap peninggalan-peninggalan
prasejarah di seluruh dunia, akan mudah bagi kita untuk menemukan bukti
dari kehadiran angkasawan antar bintang masa silam.
Panoramic view of the Great Court of Baalbek temple complex |
Para wisatawan antar bintang yang mendarat di bumi, melakukan serangkaian ekspresimen penelitian disini, dan bersikap ramah terhadap nenek moyang kita.
Temple of Jupiter in Baalbek |
Sebaliknya juga demikian dengan
masyarakat di bumi yang masih biadab, mereka anggap makhluk-makhluk
berjubah aneh dengan kendaraan yang “bersuarakan petir” dan “meludahkan api” itu sebagai makhluk-makhluk yang selama ini mereka sembah. Makhluk-makhluk dengan “kekuatan super” yang dianggap sebagai dewa.
Walaupun petualang antariksa kita menjelaskan dengan susah payah bahwa mereka bukan merupakan makhluk “super” yang selama ini mereka sembah, namun tidak akan ada gunanya.
Toh nantinya masyarkat yang masih biadab
itu tetap akan sulit menerima dengan akal mereka mengenai kendaraan
terbang yang menyala-nyala, benda-benda aneh yang dapat mengeluarkan
suara, dan berbagai macam beda-benda “sakti” milik “dewa” lainnya.
Pintu gerbang gapura kota Matahari, “Gateway of the Sun”, Tiwanaku (daerah Bolivia), digambar oleh Efraim Squier pada tahun 1877. |
Pintu gerbang gapura kota Matahari, “Gateway of the Sun” pada saat ini. Bahkan menurut Erich Von Daniken, kota Matahari ini sudah puing saat manusia belum memiliki peradaban. |
Para penggagas teori astronot kuno pada
umumnya memang menganjurkan kita untuk meninjau kembali
mitologi-mitologi kuno dari peradaban-peradaban masa silam diseluruh
dunia.
Namun, sebelum melakukan studi singkat
mengenai itu semua, buanglah jauh-jauh anggapan bahwa tulisan-tulisan
kuno dan bentuk-bentuk kesenian yang mereka gambarkan sebagai sesuatu
yang fiktif/karangan omong kosong belaka dan terlalu imajinatif.
Mulailah meyakini bahwa apa yang
diciptakan oleh nenek moyang kita dahulu, baik itu catatan, arca-arca,
lukisan-lukisan merupakan sebuah gambaran dari apa yang benar-benar
mereka alami/saksikan secara langsung.
Mulailah melakukan penelitian terhadap kemungkinan adanya pengunjung purbakala dari berbagai peninggalan mereka tersebut.
Sego Canyon, Utah, c. 5,500 BC |
Jika kita jeli mengamati hal ini, benang
merah dari sebagian misteri prasejarah perlahan-lahan akan muncul satu
persatu ke permukaan.
Sumeria
kuno dikatakan merupakan salah satu peradaban yang memiliki kekayaan
besar dalam kultur kebudayaan mereka. Salah satu yang menarik dari
peninggalan bangsa ini ialah epik kepahlawanan Gilgamesh.
Di dalam epik tersebut, dikisahkan mengenai sesosok manusia luar biasa yang dianggap setengah dewa, ia memiliki berbagai macam “tongkrongan” super dan dapat terbang keruang angkasa.
Artifak dari Val Comonica, Italy, c. 10,000 |
Didalam epik Gilgamesh,
keadaan ruang angkasa digambarkan dengan begitu detailnya, mengenai
bagaimana keadaan di ruang hampa udara tersebut, gravitasi-nya dan
bentuk-bentuk gambaran benda-benda diruang angkasa termasuk bumi.
Semuanya bahkan digambarkan sangat tepat.
Darimanakah si pengarang cerita dapat
mengetahui gambaran sebegitu detail mengenai hal itu semua? Mungkinkah
ada seseorang yang pernah terbang mengarungi ruang angkasa dimasa silam,
kemudian ia mengisahkannya ke bangsa Sumeria?
Menarik memang apabila penjelajah ruang angkasa ini adalah yang mereka sebut sebagai Gilgamesh, si manusia setengah dewa itu.
Kitab-kitab India kuno juga tidak mau
kalah untuk memberikan informasi mengenai pengunjung-pengunjung antar
bintang masa silam. Didalam kitab-kitab kuno India, digambarkan mengenai
mesin-mesin terbang yang disebut sebagai Vimana.
Vimana merupakan kendaraan terbang yang dikatakan merupakan tunggangan para dewa. Mengeluarkan suara petir dan meludahkan api.
Bahkan gambaran mengenai bentuk spesifik
dan cara membuat mesin-mesin ini juga diterangkan di salah satu kitab
mereka. Di legenda Atlantis juga terdapat benda serupa yang sering disebut sebagai Vailixi.
Terlihat salah-satu artifak peninggalan nenek moyang manusia ribuan tahun yang lalu di sebuah goa pra-sejarah di Val Comonica, Italy |
Teori tentang Atlantis memang sering
sekali dihubungkan dengan peninjauan terhadap para petualang antar
bintang masa silam. Di peradaban ini dikenal juga Zep Tepi, Dewa yang datang dari jauh dan mengajarkan mereka banyak ilmu.
Di Cina, kita temukan mengenai artifak suku Dropa
kuno yang menceritakan mengenai kedatangan para dewa mereka dengan
kendaraan-kendaraan terbang, kemudian menggambarkannya di dalam
piringan-piringan batu dan logam yang kini kita sebut sebagai Dropa Stone.
Kemudian Popol Vuh, kitab yang disucikan oleh Bangsa Maya
dimana didalamnya juga menceritakan sosok laki-laki yang datang dari
suatu konstelasi bintang dengan kendaraan terbangnya, kemudian
mengajarkan ilmu falak (astronomi) kepada mereka.
Lalu jangan lupakan mengenai suku Dogon. Suku primitif yang mendiami suatu wilayah di Mali ini sangat tahu segalanya mengenai suatu gugus bintang redup Sirius-B.
Robert K.G Temple didalam bukunya “The Sirius Mystery” mengisahkan tentang adanya pemujaan yang dilakukan oleh Suku Dogon terhadap makhluk-makhluk yang mereka hubungkan dengan sistem bintang Sirius.
Anehnya, tanpa peralatan-peralatan ilmiah yang canggih, Suku Dogon mengetahui secara teliti gerakan maupun karakteristik “pengiring”
bintang Sirius yang sangat-sangat sulit untuk diamati oleh mata
telanjang. Sirius merupakan bintang kembar yg jauhnya 8,7 tahun cahaya
dari bumi.
Hipotesis Temple yang cukup berani lagi
menyatakan bahwa 3000 tahun Sebelum Masehi, bumi purba pernah dikunjungi
oleh makhluk dari kawasan Sirius.
Hipotesis Temple ini bukanlah suatu hal
yang mengada-ada, sebab ia secara langsung membaur dengan masyarakat
Dogon di Mali dalam penelitian panjangnya.
Memang benar adanya bahwa Suku Dogon juga memiliki legenda terhadap wisatawan antar bintang masa silam, bahkan sosok “tamu” yang jauh itu mereka abadikan dalam bentuk arca kuno yang kini telah berusia ribuan tahun.
Kita tidak dapat memungkiri bahwa terlalu
banyak legenda mengenai para wisatawan antar bintang yang dapat kita
temui disetiap kebudayaan-kebudayaan kuno di seluruh dunia.
Bap kororoti |
Alencar Jean, seorang peneliti astronot
kuno mencatat mengenai peninggalan-peninggalan dari peradaban kuno di
amerika latin yang memiliki berbagai macam artifak berbentuk kendaraan
terbang. Salah satu artifak yang ia temukan dan memiliki daya tarik
tersendiri ialah apa yang disebut sebagai Bap-kororoti.
Bap-Kororti merupakan sosok yang dipuja
oleh suku bangsa kuno di Amerika Latin itu. Dikatakan, ia merupakan
seorang prajurit yang berasal dari ruang angkasa yang memiliki kendaraan
perang yang menyala-nyala.
Kendaraan inilah yang kemudian mengilhami bentuk-bentuk artifak yang sering mereka ciptakan.
Artifak “Great Martian Gods” yang ditemukan di bukit Tassili. Terlihat gambar sosok yang sedang memakai helm astronot. |
Arkeolog, Dr. W. Matthes memperkenalkan
salah satu artifak berbentuk ukiran/pahatan kuno diatas batu yang
diciptakan oleh seniman prasejarah enam ribu tahun yang lalu. Artifak
ini ditemukan oleh Henry Lothe, seorang penjelajah Prancis di abad
ke-19.
Artifak yang kemudian diberi nama Great Martian Gods
yang ditemukan di bukit Tassili ini memiliki gambaran yang sangat detil
mengenai sosok tubuh manusia ber-helm yang sangat mirip dengan gambaran
astronot masa kini.
Gambaran sejenis juga dapat kita temukan
di beberapa gua-gua kuno di seluruh dunia, mulai dari Luscaux, Prancis,
Ojo Guaera, Spanyol hingga di Cina.
Artifak lainnya yang ditemukan di bukit Tassili |
Temuan citra-citra seperti ini juga
terdapat di sekitar Gurun Sahara. Dimana disana juga tersebar
lukisan-lukisan makhluk aneh menggunakan helm dan berjubah yang
digambarkan oleh para seniman prasejarah bagaikan melayang-layang dalam
keadaan tak berbobot di ruang angkasa yang hampa udara.
Gambaran-gambaran ini membuktikan bahwa
leluhur kita dengan kesederhanaan, kejujuran serta kepolosan mencoba
untuk menuangkan apa yang mereka saksikan itu kedalam berbagai media.
Siapakah sebenarnya model-model berjubah
dan berhelm yang digambarkan dengan susah payah oleh para nenek moyang
kita yang berjiwa seniman prasejarah ini?
Benarkah bahwa nenek moyang kita pernah
dikunjungi astronot bintang lain? Masih banyak ratusan pertanyaan
lainnya yang belum terjawab yang kini masih tersimpan dikantong para
ilmuwan dunia. (iic.wp)
Egyptian hieroglyphs di Mesir, menggambarkan kendaraan mirip helikopter, pesawat terbang dan kendaraan terbang lainnya. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar