Tragedi HOLOCAUST 1944, ternyata hanya konspirasi |
A. Ketika Gerakan AntiSemit Mempertanyakan Kebenaran
Israel mengklaim bahwa lebih dari enam juta orang Yahudi tewas pada masa
kekejaman Adolf Hitler dan pasukan Nazinya yang menguasai Eropa. Orang -
orang Yahudi ditangkap dan dipenjarakan dalam kamp-kamp konstentrasi
Jerman. Mereka dibiarkan kelaparan, disiksa, dan dijadikan kelinci
percobaan senjata kimia buatan para ahli Jerman. Propaganda inilah yang
menjadi keyakinan masyarakat dunia sejak lama.
Hingga kemudian seorang Ahmadinejad (Presiden Iran) muncul dan berkata “HOLOCAUST“ itu sebuah kebohongan besar!
Tidak hanya pemimpin Iran itu saja yang yakin bahwa Israel telah
merekayasa jumlah Yahudi yang menjadi korban NAZI, tetapi presiden
Venezuela juga membantah keras klaim 6 juta orang yang selaman ini
dipercaya. Keduanya yakin bahwa angka tersebut hanya bentuk propaganda
Israel untuk mencari simpati dunia agar melupakan kekejaman dan
penjajahan Israel sendiri terhadap negara - negara Islam di Timur
Tengah, khususnya Palestina. Hal ini juga merupakan strategi Israel agar
dunia merasa berhutang kepada bangsa Yahudi. Terbukti bahwa Israel
merupakan negara penerima bantuan paling banyak dari raksasa ekonomi dan
teknologi internasional.
B. Penyelidikan Berujung Penjara
Para penentang Holocaust biasanya disebut sebagai "revisionis". Mereka
aktif melakukan penyelidikan kebenaran peristiwa kelam Holocaust,
meskipun telah ada ancaman dari sepuluh negara Eropa bagi siapa saja
yang meragukan kebenarannya. Mereka akan dituduh Antisemit dan akan
ditangkap dan dipenjarakan di sejumlah negara, termasuk Prancis,
Polandia, Austria, Swiss, Belgia, Rumania, dan bahkan Jerman sendiri.
Presiden Palestina terpilih, Dr. Mahmoud Abbas, dalam disertasinya
meragukan kebenaran keberadaan kamar gas yang digunakan untuk membunuh
orang - orang Yahudi. Ia mengatakan bahwa angka korban Yahudi yang
terbunuh tak lebih dari 1 juta orang, bukan 6 juta.
Tak hanya itu, dari kalangan ilmuwan barat sendiri ada beberapa yang
menyangkal kebenaran Holocaust, seperti Roger Garaudy (pengarang asal
Prancis), Prof. Robert Maurisson (ilmuwan asal Inggris), Ernst Zundel (tokoh revisionis asal Jerman), dan David Irving (ahli sejarah asal
Inggris). Ironisnya, hampir semua dinyatakan bersalah dan dijebloskan ke
dalam penjara. Contohnya pada peristiwa 15 Februari 2007 yang menimpa
Ernst Zundel yang mengakibatkan dirinya dipenjara selama 5 tahun.
Herbert Shaller, pengacara yang mewakilinya mengatakan bahwa semua bukti
tentang adanya Holocaust hanya berdasarkan pengakuan korban-korbannya,
dan bukan berdasarkan fakta yang jelas. Kemudian pada tahun 1964, Paul
Rassiner, korban holocaust yang selamat, menerbitkan buku memoar
berjudul "THE DRAMA OF EUROPEAN JEWS" yang mempertanyakan apa
yang diyakini dari holocaust selama ini. Ia mengklaim dalam bukunya
bahwa tidak ada kebijakan pemusnahan massal oleh NAZI terhadap Yahudi,
tak ada kamar gas, dan jumlah korban tak sebanyak itu.
Sementara itu, tentang tragedi di “Auschwitz“, Robert Faurisson, seorang
profesor literatur dari University Of Lyons mengkalim bahwa penyakit
tifuslah yang membunuh para tawanan, bukannya kamar gas. Pernyataan ini
semakin diperkuat dengan penyelidikan teknis seorang ahli konstruksi dan
instalasi alat eksekusi dari USA, Fred Leuchter. Fred pergi ke
Auschwitz untukk melakukan penyelidikan dan mengetes tempat itu.
Kesimpulan dari penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa kamar
gas di Auschwitz memang ada, tapi tidak mungkin digunakan untuk membunuh
orang.
Jadi sungguh aneh tidak ada jejak - jejak catatan tertinggal yang dapat
membuktikan kebenaran pemusnahan orang - orang Yahudi oleh Hitler dan
tentaranya. Jika memang benar angka genosida sebanyak itu (6 juta
orang), tentunya akan ada kecaman yang terdata dari Paus, Organisasi Palang Merah, atau pemimpin - pemimpin dunia ketika itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar